Rabu, 06 Juni 2012

Askep Gadar Bunuh Diri


BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Setiap kehidupan yang dialami manusia selalu mengalami fluktuasi dalam berbagai hal. Berbagai stressor baik fisik, psikologis maupun social mampu mempengaruhi bagaimana persepsi seorang individu dalam menyikapi kehidupan. Hanya individu dengan pola koping yang baik yang mampu mengendalikan stressor-stressor tersebut sehingga seorang individu dapat terhindar dari merilaku maladaptive. Selain faktor pola koping, faktor support system individu sangat memegang peranan vital dalam menghadapi stressor tersebut.
Individu yang mengalami ketidakmampuan dalam menghadapi stressor disebut individu yang berperilaku maladaptive, terdapat berbagai macam jenis perilaku maladaptive yang mungkin dialami oleh individu, dari yang tahap ringan hingga ke tahap yang paling berat yaitu Tentamen suicide atau percobaan bunuh diri.
Menurut ahli, Bunuh diri merupakan kematian yang diperbuat oleh sang pelaku sendiri secara sengaja (Haroid I. Kaplan & Berjamin J. Sadock, 1998). Seorang individu yang mengalami tentamen suicide biasanya mengalami beberapa tahap sebelum dia melakukan percobaan bunuh diri secara nyata, Pertama kali biasanya klien memiliki mindset untuk bunuh diri kemudian biasanya akan disampaikan kepada orang-orang terdekat. Ancaman tersebut biasanya dianggap angin lalu, dan ini adalah sebuah kesalahan besar. Selanjutnya klien akan mengalami bargaining dengan pikiran dan logikanya, tahap akhir dari proses ini biasaya klien menunjukan tindakan percobaan bunuh diri secara nyata.
Keperawatan kegawatdaruratan dalam kasus tentamen suicide berfokus pada penanganan klien setelah terjadinya upaya nyata dari klien yang melakukan percobaan bunuh diri sehingga tidak berfokus pada aspek psikologi dan psikiatri dari klien dengan tentamen suicide.
2.      Rumusan Masalah
1)      Apakah pengertian dari bunuh diri ?
2)      Faktor apa penyebab bunuh diri ?
3)      Apakah tipe bunuh diri ?
4)      Bagaimana patofisiologi kasus bunuh diri ?
5)      Bagaimana pathway percobaan bunuh diri ?







BAB II
KONSEP MEDIS


1.      Pengertian
ü  Bunuh diri merupakan kematian yang diperbuat oleh sang pelaku sendiri secara sengaja (Haroid I. Kaplan & Berjamin J. Sadock, 1998).
ü  Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan (Budi Anna kelihat, 1991).
ü  Perilaku destruktif diri yaitu setiap aktifitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah kepada kematian (Gail Wiscara Stuart, dan Sandra J. Sundeen, 1998).
ü  Bunuh diri adalah, perbuatan menghentikan hidup sendiri, yang dilakukan oleh individu itu sendiri. Namun, bunuh diri ini dapat dilakukan pula oleh tangan orang lain. Misal : bila si korban meminta seseorang untuk membunuhnya, maka ini sama dengan ia telah menghabisi nyawanya sendiri. Dimana, Menghilangkan nyawa, menghabisi hidup atau membuat diri menjadi mati oleh sebab tangan kita atau tangan suruhan, adalah perbuatan-perbuatan yang termasuk dengan bunuh diri. Singkat kata, Bunuh diri adalah tindakan menghilangkan nyawa sendiri dengan menggunakan segala macam cara.
2.      Etiologi
Penyebab perilaku bunuh diri dapat dikategorikan sebagai berikut :
·         Faktor genetic
Ada yang berpikir bahwa bawaan genetik seseorang dapat menjadi faktor yang tersembunyi dalam banyak tindakan bunuh diri. Memang gen memainkan peranan dalam menentukan temperamen seseorang, dan penelitian menyingkapkan bahwa dalam beberapa garis keluarga, terdapat lebih banyak insiden bunuh diri ketimbang dalam garis keluarga lainya. Namun, “kecenderungan genetik untuk bunuh diri sama sekali tidak menyiratkan bahwa bunuh diri tidak terelakan”. kata Jamison.
Kondisi kimiawi otak pun dapat menjadi faktor yang mendasar. Dalam otak. miliaran neuron berkomunikasi secara elektrokimiawi. Di ujung-ujung cabang serat syaraf, ada celah kecil yang disebut sinapsis yang diseberangi oleh neurotransmiter yang membawa informasi secara kimiawi. Kadar sebuah neurotransmiter, serotonin, mungkin terlibat dalam kerentanan biologis seseorang terhadap bunuh diri. Buku Inside the Brain menjelaskan, “Kadar serotonin yang rendah… dapat melenyapkan kebahagiaan hidup, mengurangi minat seseorang pada keberadaanya serta meningkatkan resiko depresi dan bunuh diri.”. Akan tetapi, faktor genetik tidak bisa dijadikan alasan yang mengharuskan seseorang untuk melakukan tindakan bunuh diri.
·         Faktor kepribadian
Salah satu faktor yang turut menentukan apakah seseorang itu punya potensi untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah faktor kepribadian. Para ahli mengenai soal bunuh diri telah menggolongkan orang yang cenderung untuk bunuh diri sebagai orang yang tidak puas dan belum mandiri, yang terus-menerus meminta, mengeluh, dan mengatur, yang tidak luwes dan kurang mampu menyesuaikan diri. Mereka adalah orang yang memerlukan kepastian mengenai harga dirinya, yang akhirnya menganggap dirinya selalu akan menerima penolakan, dan yang berkepribadian kekanak-kanakan, yang berharap orang lain membuat keputusan dan melaksanakannya untuknya (Doman Lum).
Robert Firestone dalam buku Suicide and the Inner Voice menulis bahwa mereka yang mempunyai kecenderungan kuat untuk bunuh diri, banyak yang lingkungan terkecilnya tidak memberi rasa aman, lingkungan keluarganya menolak dan tidak hangat, sehingga anak yang dibesarkan di dalamnya merasakan kebingungan dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Pengaruh dari latar belakang kehidupan di masa lampau ini disebut faktor predisposesi (faktor bawaan). Dengan memahami konteks yang demikian, dapatlah kita katakan bahwa akar masalah dari perilaku bunuh diri sebenarnya bukanlah seperti masalah-masalah yang telah disebutkan di atas (ekonomi, putus cinta, penderitaan, dan sebagainya). Sebab masalah-masalah tersebut hanyalah faktor pencetus/pemicu (faktor precipitasi). Penyebab utamanya adalah faktor predisposisi. Menurut Widyarto Adi Ps, seorang psikolog, seseorang akan jadi melakukan tindakan bunuh diri kalau faktor kedua, pemicu (trigger)-nya, memungkinkan. Tidak mungkin ada tindakan bunuh diri yang muncul tiba-tiba, tanpa ada faktor predisposisi sama sekali. Akumulasi persoalan fase sebelumnya akan terpicu oleh suatu peristiwa tertentu.
·         Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mendorong bunuh diri adalah kurangnya dukungan sosial dari masyarakat sekitar, kehilangan pekerjaan, kemiskinan, huru-hara yang menyebabkan trauma psikologis, dan konflik berat yang memaksa masyarakat mengungsi. Psikologis seseorang sangat menentukan dalam persepsi akan bunuh diri sebagai jalan akhir/keluar. Dan psikologis seseorang tersebut juga sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor tertentu juga.

·         Faktor ekonomi
Masalah ekonomi merupakan masalah utama yang bisa menjadi faktor seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Ekonomi sangat berpengaruh dalam pemikiran dan kelakuan seseorang. Menurut riset, sebagian besar alasan seseorang ingin mengakhiri hidupnya/ bunuh diri adalah karena masalah keuangan/ekonomi. Mereka berangggapan bahwa dengan mengakhiri hidup, mereka tidak harus menghadapi kepahitan akan masalah ekonomi. Contohnya, ada seorang ibu yang membakar dirinya beserta ananknya karena tidak memiliki uang untuk makan. Berdasarkan contoh tersebut, para pelaku ini biasanya lebih memikirkan menghindari permasalahan duniawi dan mengakhir hidup.

·         Gangguan mental dan kecanduan
Gangguan mental merupakan penyakit jiwa yang bisa membuat seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Mereka tidak memikirkan akan apa yang terjadi jika menyakiti dan mengakhiri hidup mereka, karena sistem mental sudah tidak bisa bekerja dengan baik. Selain itu ada juga gangguan yang bersifat mencandu, seperti depresi, gangguan bipolar, scizoprenia dan penyalahgunaan alkohol atau narkoba. Penelitian di Eropa dan Amerika Serikat memperlihatkan bahwa lebih dari 90 persen bunuh diri yang dilakukan berkaitan dengan gangguan-gangguan demikian. Bahkan, para peneliti asal Swedia mendapati bahwa di antara pria-pria yang tidak didiagnosis menderita gangguan apapun yang sejenis itu, angka bunuh diri mencapai 8,3 per 100.000 orang, tetapi di antara yang mengalami depresi, angkanya melonjak menjadi 650 per 100.000 orang! Dan, para pakar mengatakan bahwa faktor-faktor yang mengarah ke bunuh diri ternyata serupa dengan yang di negeri-negeri timur. Namun, sekalipun ada kombinasi antara depresi dan peristiwa pemicu, itu bukan berarti bunuh diri tidak bisa dielakan.

3.      Jenis Tentamen Suicide
Jenis tentamen suicide antara lain :
1)      Ancaman Bunuh Diri
Peringatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau mungkin juga mengkomunikasikan secara nonverbal melalui pemberian hadiah, merevisi wasiatnya dan sebagainya. Pesan-pesan ini harus dipertimbangkan dalam konteks peristiwa kehidupan terakhir. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian. Kurangnya respon positif dapat ditafsirkan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.
2)      Upaya bunuuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarah kematian jika tidak dicegah.
3)      Bunuh diri
Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang melakukan upaya bunuh diri dan yang tidak benar-benar ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.

4.      Patofisiologi
Patofisiologi dari tentamen sucicide tergantung dari tipe percobaan bunuh diri yang dilakukan pasien, tindakan yang paling umum dilakukan klien dalam upaya bunuh diri adalah dengan sengaja mengonsumsi zat aditif atau bahan beracun, memutus nadi pergelangan tangan, penenggelaman, dan lain sebagainya. Pada intoksifikasi zat beracun, Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia ke dalam tubuh seorang manusia yang menimbulkan efek yang bersifat merugikan pada yang menggunakannya. Istilah peptisida pada umumnya dipakai untuk semua bahan yang dipakai manusia untuk membasmi hama yang merugikan manusia.Termasuk peptisida ini adalah insektisida. Ada 2 macam insektisida yang paling benyak digunakan dalam bidang pertanian pada pembasmian hama :
1)      Insektisida hidrokarbon khorin ( IHK=Chlorinated Hydrocarbon )
2)      Isektida fosfat organic ( IFO =Organo Phosphatase insectisida )

5.      Pemeriksaan Penunjang
Koreksi penunjang dari kejadian tentamen suicide akan menentukan terapi resisitasi dan terapi lanjutan yang akan dilakukan pada klien dengan tentamen suicide.
Pemeriksaan darah lengkap dengan elektrolit akan menunjukan seberapa berat syok yang dialami klien, pemeriksaan EKG dan CT scan bila perlu bia dilakukan jika dicurigai adanya perubahan jantung dan perdarahan cerebral.
6.      Prinsip-Prinsip Pengobatan
1.      Kenali dan obati kondisi-kondisi psikiatrik dan medis
2.      Kembangkan ikatan terapeutik dengan klien
3.      Klien yang ingin bunuh diri biasanya bersikap ambivalen tentang kematian. Ungkapkan ambivalen tersebut-perlihatkan bukti-bukti bahwa mereka ingin hidup. Berikan harapan yang jelas. Buat rencana yang spesifik dengan dan untuk klien. Mintalah kedewasaan mereka, bukan sikap regresinya
4.      Klien sering bingung dan memiliki fokus pikir yang sempit-hadapkan pada hal-hal realita
5.      Jangan mengecilkan keseriusan klien dalam usaha bunuh diri
6.      Jangan pernah setuju untuk merahasiakan rencana bunuh diri
7.      Bantulah klien melewati masa berduka dan kehilangan
8.      Jangan memberi alasan untuk membenarkan gejala-gejala yang dialami klien
9.      Potensi untuk bunuh diri dapat berubah dengan cepat. Nilailah kembali kondisi pikiran klien dengan sering
10.  Gunakan sumber daya dari komunitas
11.  Jangan kehilangan kontak dengan klien. Pantaulah dengan teliti selama musim liburan di rumah
12.  Bersikap aktif, tetapi tetap menuntut klien bertanggung jawab atas hidupnya



















BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A.    Pengkajian
Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal yang paling penting dilakukan oleh perawat, baik pada saat penderita pertama kali masuk Rumah Sakit (untuk mengetahui riwayat penyakit dan perjalanan penyakit yang dialami pasien) maupun selama penderita dalam masa perawatan (untuk mengetahui perkembangan pasien dan kebutuhannya serta mengidentifikasi masalah yang dihadapinya).
Hasil pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk data. Adapun metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian:
v  Wawancara
v  Pemeriksaan fisik
v  Observasi atau pengamatan
v  Catatan atau status pasien
v  Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
*      Pengkajian Primer meliputi:
ü  Airway
Menilai apakah jalan nafas pasien bebas. Apakah klien dapat berbicara dan bernafas dengan mudah, nilai kemampuan klien untuk bernafas secara normal.
Pada klien dengan kasus percobaan bunuh diri secara penenggelaman, mungkin akan ditemukan adanya timbunan cairan di paru-paru yang ditandai dengan muntah dan sesak nafas hebat.
ü  Breathing
Kaji pernafasan klien, berupa pola nafas, ritme, kedalaman, dan nilai berapa frekuensi pernafasan klien per menitnya. Penurunan oksigen yang tajam ( 10 liter/menit ) harus dilakukan suatu tindakan ventilasi. Analisa gas darah dan pulse oxymeter dapat membantu untuk mengetahui kualitas ventilasi dari penderita.
Tanda hipoksia dan hiperkapnia bisa terjadi pada penderita dengan kegagalan ventilasi seperti pada klien dengan kasus percobaan bunuh diri yang dapat mengakibatkan asfiksia. Kegagalan oksigenasi harus dinilai dengan dilakukan observasi dan auskultasi pada leher dan dada melalui distensi vena.
ü  Circulation
Nilai sirkulasi dan peredaran darah, kaji pengisian kapiler, kaji kemampuan venus return klien, lebih lanjut kaji output dan intake klien Penurunan kardiak out put dan tekanan darah, klien dengan syok hipovolemik biasanya akan menunjukan beberapa gejala antara lain, Urin out put menurun kurang dari 20cc/jam, Kulit terasa dingin, Gangguan fungsi mental, Takikardi, Aritmia
ü  Disability
Menilai kesadaran dengan cepat dan akurat. Hanya respon terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Tidak di anjurkan menggunakan GCS, adapun cara yang cukup jelas dan cepat adalah :
A : Awakening
V : Respon BicarA
P : Respon Nyerin
U : Tidak Ada Nyeri
Penurunan kesadaran dapat disebabkan penrunan oksigenasi atau penurunan perfusi ke otak atau disebabkan trauma langsung pada otak. Penurunan kesadaran menuntut dilakukannya reevaluasi terhadap keadaan oksigenasi, ventilasi dan perfusi.
ü  Exposure
Lepaskan pakaian yang dikenakan dan penutup tubuh agar dapat diketahui kelaianan atau cidera yang berhubungan dengan keseimbangan cairan atau trauma yang mungkin dialami oleh klien dengan tentamen suicide, beberapa klien dengan tentamen suicide akan mengalami trauma pada lokasi tubuh percobaan bunuh diri tersebut, misalnya di leher, pergelangan tangan dan dibagian-bagian tubuh yang lain.
*      Pengkajian sekunder
ü  Data pasien
Data pasien merupakan identitas pasien yang meliputi:
@ Nama
@ Usia
@ Jenis kelamin
@ Kebangsaan/suku
@ Berat badan, tinggi badan
@ Tingkat pendidikan
@ Pekerjaan
@ Status perkawinan
@ Anggota keluarga
@ Agama
@ Kondisi medis, prosedur pembedahan
@ Masalah emosional
@ Dirawat di RS sebelumnya
@ Pengobatan sebelumnya
@ Alergi
@ Review sistem tubuh (pada sistem utama yang mengalami gangguan)
Pengkajian dilanjutkan dengan mengkaji keluhan utama, keluhan tambahan serta aspek psikologis dari klien dengan percobaan bunuh diri.
B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif
2.      Kekurangan volume cairan
3.      Pola nafas tidak efektif
4.      Gangguan pertukaran gas
5.      Gangguan perfusi jaringan
C.    Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif
NOC: Status Pernapasan: Ventilasi
Tujuan: Bersihan jalan napas kembali efektif
KH:
C  Menunjukkan jalan napas paten dg bunyi napas bersih
C  Tidak ada dipsneu
C  Sekret dapat keluar
NIC: Pengelolaan Jalan Napas
1.      Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada
2.      Auskultasi area paru, catat area penurunan udara
3.      Bantu pasien latihan nafas dalam dan melakukan batuk efektif.
4.      Berikan posisi semifowler dan pertahankan posisi anak
5.      Lakukan penghisapan lendir sesuai indikasi.
6.      Kaji vital sign dan status respirasi.
7.      Kolaborasi pemberian oksigen dan obat bronkodilator serta mukolitik ekspektoran.

Diagnosa keperawatan 2 : Kekurangan volume cairan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan dan elektrolit adekuat.
NOC : Fluid balance
KH:
C  Mempertahankan urine output sesuai berat badan
C  Tanda-tanda vital dalam batas normal
C  Tidak ada tanda dehidrasi, turgor kulit baik, mukosa lembab.
Skala penilaian NOC :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Selalu menunjukan
NIC : Fluid management
1.      Pertahankan intake dan output sesuai berat badan
2.      Monitor status hidrasi
3.      Monitor TTV
4.      Kolaborasi pemberian cairan IV
5.      Anjurkan pasien untuk meningkatkan masukan makanan dan cairan
6.      Monitor adanya tanda dehidrasi, turgor kulit dan mukosa bibir

Diagnose keperawatan 3 : Pola nafas tidak efektif
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pasien bisa bernafas dengan lega dengan criteria hasil :
C  respirasi 20x/mnt
C  pasien tidak terengah – engah dalam bernafas
C  pasien tampak rileks
Intervensi :
1.      Berikan terapi oksigen
Rasional : membantu mencukupi kebutuhan oksigen
2.      Berikan posisi tendelenberg
Rasional : meningkatkan aliran balik vena
3.      Observasi TTV, terutama respirasi tiap 4 jam sekali
Rasional : membantu mengevaluasi perkembangan pola nafas
4.      Kolaborasi medis untuk pemberian obat golongan epinefrin
Rasional : membantu pembuluh kapiler dilatasi

Diagnosa keperawatan 4 : gangguan pertukaran gas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pertukaran gas lancar.
NOC : Respiratory status : gas exchange
KH:
C  Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigen yang adekuat.
C  Memelihara kebersihan paru dan bebas dari tanda-tanda distress pernafasan .
C  Tanda-tanda vital dalam rentang normal.
C  Keterangan skala :
1 = Tidak pernah menunujukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
NIC : Airway management
Aktivitas :
1.      Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thurst bila perlu.
2.      Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
3.      Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan.
4.      Berikan bronkodilator bila perlu.
5.      Monitor konsentrasi dan status oksigen.
Diagnose keperawatan 5 : gangguan perfusi jaringan
Tujuan : Tidak terjadi perubahan perfusi pada jaringan serebral
NOC I: Status sirkulasi
a. Tekanan darah sistol normal
b. Tekanan darah diastole normal
c. Denyut nadi normal
d. Tekanan vena sentral normal
e. Tekanan paru paru normal
f. Denyut jantung normal
g. Irama jantung normalh. Perbedaan oksigen darah di arteri dan vena normal
Keterangan Skala
1 = Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5        = Selalu menunjukan
NIC
1.      Awasi sirkulasi
2.      Evaluasi adanya edema perifer dan nadi
3.      Lihat / kaji kulit ada luka atau tidak
4.      Kaji derajat ketidaknyamanan atau nyeri
5.      Ekstermitas bawah direndahkan untuk meningkatkan sirkulasi arteri
6.      Ganti posisi pasien paling sedikit 2 jam
7.      Monitor stress cairan, ternasuk cairan dan keluaran.
D.    Rencana Evaluasi
Diagnosa keperawatan 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif
NOC: Status Pernapasan: Ventilasi
Tujuan: Bersihan jalan napas kembali efektif
KH:
C  Menunjukkan jalan napas paten dg bunyi napas bersih ( 4 )
C  Tidak ada dipsneu ( 4 )
C  Sekret dapat keluar ( 5 )
Diagnosa keperawatan 2 : Kekurangan volume cairan
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan dan elektrolit adekuat.
NOC : Fluid balance
KH:
C  Mempertahankan urine output sesuai berat badan ( 4 )
C  Tanda-tanda vital dalam batas normal ( 5 )
C  Tidak ada tanda dehidrasi, turgor kulit baik, mukosa lembab. ( 5 )

Diagnose keperawatan 3 : Pola nafas tidak efektif
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pasien bisa bernafas dengan lega.
KH:
C  respirasi 20x/mnt ( 5 )
C  pasien tidak terengah – engah dalam bernafas ( 5 )
C  pasien tampak rileks ( 5 )
Diagnosa keperawatan 4 : gangguan pertukaran gas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pertukaran gas lancar.
NOC : Respiratory status : gas exchange
KH:
C  Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigen yang adekuat ( 4 )
C  Memelihara kebersihan paru dan bebas dari tanda-tanda distress pernafasan . ( 5 )
C  Tanda-tanda vital dalam rentang normal. ( 5 )

Diagnose keperawatan 5 : gangguan perfusi jaringan
Tujuan : Tidak terjadi perubahan perfusi pada jaringan serebral
NOC : Status sirkulasii. Tekanan darah sistol normal ( 4 )
C  Tekanan darah diastole normal ( 4 )
C  Denyut nadi normal ( 4 )
C  Tekanan vena sentral normal ( 4 )
C  Tekanan paru paru normal ( 4 )
C  Denyut jantung normal ( 4 )
C  Irama jantung normal ( 5 )
C  Perbedaan oksigen darah di arteri dan vena normal ( 4 )




DAFTAR PUSTAKA
Kapita Selekta kedokteran, editor, Mansjoer Arif (et.al) ed.III, ce. 2.1999. Pasien dengan Tentamina Suicidum Media Aesculapius: Jakarta.
http://atiners.wordpress.com/ Diakses 04 juni 2012

http://belibis-a17.com/2012/05/24/asuhan-keperawatan-perilaku-bunuh-diri/

http://kumpulan0askep.wordpress.com/2011/06/01/askep-gadar-percobaan-bunuh-diri/

0 komentar:

Posting Komentar