Jumat, 08 Juni 2012

Standar Operasional Prosedur WSD (Water Sealing Drainage)


SOP Perawatan WSD ( Water Seal Drainage )

 

A.    PENGERTIAN
WSD merupakan suatu tindakan drainase intrapleural yang digunakan setelah prosedur intrathorakal. Satu atau lebih kateter dada dipasang dalam rongga pleura dan difiksasi ke dinding dada yang kemudian disambung ke sistem drainase (suction). Bertujuan untuk mengeluarkan gas, cairan darah, atau cairan asing yang yang bersifat solid dari rongga dada pleura atau rongga thoraks dan ruang mediastinum.

B.     TUJUAN PERAWATAN WSD :
1.      Mengganti balutan dada dan selang WSD.
2.      Memonitor kepatenan dan fungsi sistem WSD.
3.      Mengganti botol WSD.  
4.      Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.

C.    DALAM PERAWATAN YANG HARUS DIPERHATIKAN :
1)      Penetapan slang.
Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak terganggu dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian masuknya slang dapat dikurangi.
2)      Pergantian posisi badan.
Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil dibelakang, atau memberi tahanan pada slang, melakukan pernapasan perut, merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan, atau menaruh bantal di bawah lengan atas yang cedera.
3)      Mendorong berkembangnya paru-paru.
·         Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.
·         Latihan napas dalam.
·         Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk waktu slang diklem.
·         Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.
·         Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.
Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi. Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan juga secara bersamaan keadaan pernapasan. Suction harus berjalan efektif :
1.      Observasi setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan setiap 1 - 2 jam selama 24 jam setelah operasi.
2.      Observasi banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna muka, keadaan pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.
3.      Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika suction kurang baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2 terlentang atau 1/2 duduk ke posisi miring bagian operasi di bawah atau di cari penyababnya misal : slang tersumbat oleh gangguan darah, slang bengkok atau alat rusak, atau lubang slang tertutup oleh karena perlekatanan di dinding paru-paru.
4.      Perawatan “slang” dan botol WSD/ Bullow drainage.
a.       Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan yang keluar kalau ada dicatat.
b.      Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan adanya gelembung udara yang keluar dari bullow drainage.
c.       Penggantian botol harus “tertutup” untuk mencegah udara masuk yaitu meng”klem” slang pada dua tempat dengan kocher.
d.      Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol dan slang harus tetap steril.
e.       Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-sendiri, dengan memakai sarung tangan.
Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada, misal : slang terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll WSD (Water Seal Drainage)

D.    PERSIAPAN ALAT :
1.      Satu buah meja dengan satu set bedah minor
2.      Botol WSD berisi  larutan bethadin yang telah diencerkan dengan NaCl 0,9% dan  ujung selang terendam sepanjang dua cm.
3.      Kasa steril dalam tromol
4.      Korentang
5.      Plester dan gunting
6.      Nierbekken/kantong balutan kotor
7.      Alkohol 70%
8.      Bethadin 10%
9.      Handscoon steril

E.     PERSIAPAN PASIEN DAN LINGKUNGAN
ü  Pasien dan keluarga diberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukaN
ü  Memasang sampiran disekeliling tempat tidur
ü  Membebaskan pakaian pasien bagian atas
ü  Mengatur posisi setengah duduk atau sesuai kemampuan pasien
ü  Alat-alat didekatkan ke tempat tidur pasien.

F.     PELAKSANAAN PERAWATAN WSD
1.      Perawat mencuci tangan, kemudian memasang handscoon
2.      Membuka set bedah minor steril
3.      Membuka balutan dengan menggunakan pinset secara hati-hati,    balutan kotor dimasukkan ke dalam nierbekken
4.      Mendisinfeksi luka dan selang dengan bethadin 10% kemudian dengan alkohol 70%
5.      Menutup luka dengan kasa steril yang sudah dipotong tengahnya   kemudian diplester
6.      Selang WSD diklem
7.      Melepaskan sambungan antara selang WSD dengan selang botol
8.      Ujung selang WSD dibersihkan dengan alkohol 70%, kemudian selang WSD dihubungkan dengan selang penyambung botol WSD yang baru
9.      Klem selang WSD dibuka
10.  Anjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan bimbing pasien cara batuk efektif
11.  Latih dan anjurkan pasien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan gerak pada persendian bahu daerah pemasangan WSD
12.  Merapikan pakaian pasien dan lingkungannya, kemudian membantu pasien dalam posisi yang paling nyaman
13.  Membersihkan alat-alat dan botol WSD yang kotor, kemudian di sterilisasi kembali
14.  Membuka handscoon dan mencuci tangan
15.  Menulis prosedur yang telah dilakukan pada catatan perawatan
16.  Evaluasi Pelaksanaan Perawatan WSD
ü  Evaluasi keadaan umum :
1.      Observasi keluhan pasien
2.      Observasi gejala sianosis
3.      Observasi tanda perdarahan dan rasa tertekan pada dada
4.      Observasi apakah ada krepitasi pada kulit sekitar selang WSD
5.      Observasi tanda-tanda vital.
ü  Evaluasi ekspansi paru meliputi :
1.      Melakukan anamnesa
2.      Melakukan Inspeksi paru setelah selesai melakukan perawatan WSD
3.      Melakukan Palpasi  paru setelah selesai melakukan perawatan WSD
4.      Melakukan Perkusi paru setelah selesai melakukan perawatan WSD
5.      Melakukan Auskultasi paru setelah selesai melakukan perawatan WSD
6.      Foto thoraks setelah dilakukan pemasangan selang WSD dan  sebelum selang WSD di lepas.
ü  Evaluasi WSD meliputi :
1.      Observasi undulasi pada selang WSD
2.      Observasi fungsi suction countinous
3.      Observasi apakah selang WSD tersumbat atau terlipat
4.      Catat jumlah cairan yang keluar dari botol WSD
5.      Pertahankan ujung selang dalam botol WSD agar selalu berada 2  cm di bawah air
6.      Pertahankan agar botol WSD selalu lebih rendah dari tubuh
7.      Ganti botol WSD setiap hari atau bila sudah penuh.




DAFTAR ISI
http://uzanxwsdcito.blogspot.com/2012/03/sop-perawatan-wsd.html Diakses 08/05/2012

Rabu, 06 Juni 2012

Makalah Komunitas "POSYANDU"


BAB I
PENDAHULUAN
Dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia sebagai potensi pembangunan bangsa agar dapat membangun dan menolong dirinya sendiri, merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat, maka posyandu cukup strategis dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia sejak dini perlu ditingkatkan pembinaannya.
Untuk meningkatkan pembinaan Posyandu sebagai pelayanan KB-Kesehatan yang dikelola untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan pelayanan teknis dari petugas perlu ditumbuh kembangkan perlu serta aktif masyarakat dalam wadah LKMD.
Meningkatkan mutu pengelolaan Posyandu, perlu dimantapkan koordinasi dan keterpaduan pembinaan disemua tingkatan pemerintah. Ketiga petunjuk diatas adalah merupakan beberapa isi dari Inmendagri No.9 Tahun 1990 dan dapat kita artikan betapa pentingnya keberadaan Posyandu ditengah-tengah masyarakat yang merupakan pusat kegiatan masyarakat, dimana masyarakat sebagai pelaksana sekaligus memperoleh pelayanan kesehatan serta Keluarga Berencana. Disamping itu wahana ini juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk tukar menukar informasi, pendapat dan pengalaman serta bermusyawarah untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi baik masalah keluarga ataupun masyarakat itu sendiri. Sebagai dasar terbentuknya Posyandu ialah bertitik tolak dari definisi ilmu Kesehatan Masyarakat menurut Winslow, yang mana disebutkan bahwa diharapkan masyarakat itu berusia untuk dapat menanggulangi kesehatannya sendiri. Seterusnya disebutkan pula bahwa terciptanya kesehatan yang optimal bagi masyarakat ialah dengan adanya peran serta dari masyarakat secara teratur' dan berkesinambungan. Dari penjelasan tersebut diatas terlihat bahwa wadah yang paling tepat untuk peran serta masyarakat tersebut ialah "Posyandu"



BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian
Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih tehnologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini.
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana. Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian NKKBS.

B. Bentuk kegiatan Posyandu
Beberapa kegiatan diposyandu diantaranya terdiri dari lima kegiatan Posyandu (Panca Krida Posyandu), antara lain:
1) Kesehatan Ibu dan Anak
  • Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui, serta bayi, anak balita dan anak prasekolah
  • Memberikan nasehat tentang makanan guna mancegah gizi buruk karena kekurangan protein dan kalori, serta bila ada pemberian makanan tambahan vitamin dan mineral
  • Pemberian nasehat tentang perkembangan anak dan cara stimilasinya
  • Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA.
2) Keluarga Berencana
  • Pelayanan keluarga berencana kepada pasangan usia subur dengan perhatian khusus kepada mereka yang dalam keadaan bahaya karena melahirkan anak berkali-kali dan golongan ibu beresiko tinggi
  • Cara-cara penggunaan pil, kondom dan sebagainya
3) Immunisasi
  • Imunisasi tetanus toksoid 2 kali pada ibu hamil dan BCG, DPT 3x, polio 3x, dan campak 1x pada bayi.
4) Peningkatan gizi
  • Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat
  • Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori cukup kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun dan kepada ibu yang menyusui
  • Memberikan kapsul vitamin A kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun
5) Penanggulangan Diare
Lima kegiatan Posyandu selanjutnya dikembangkan menjadi tujuh kegiatan Posyandu (Sapta Krida Posyandu), yaitu:
  1. Kesehatan Ibu dan Anak
  2. Keluarga Berencana
  3. Immunisasi
  4. Peningkatan gizi
  5. Penanggulangan Diare
  6. Sanitasi dasar. Cara-cara pengadaan air bersih, pembuangan kotoran dan air limbah yang benar, pengolahan makanan dan minuman
  7. Penyediaan Obat essensial.


C. Pembentukan Posyandu
Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada seperti:
1.      Pos/ meja 1 penimbangan balita
2.      Pos/meja 2 immunisasi
3.      Pos/meja 3 keluarga berencana desa
4.      Pos/meja 4  penyuluhan kesehatan
5.      Pos / meja 5 lainnya yang dibentuk baru.


D. Alasan Pendirian Posyandu
Posyandu didirikan karena mempunyai beberapa alasan sebagai berikut:
1) Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatn khususnya dalam upaya pencegahan penyakit dan PPPK sekaligus dengan pelayanan KB.
2) Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat, sehingga menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana (Effendi, 1998).
E. Penyelenggara Posyandu
1) Pelaksana kegiatan, adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader kesehatan setempat dibawah bimbingan Puskesmas
2) Pengelola posyandu, adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari keder PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan yang ada di wilayah tersebut (Effendi, 1998).


F. Lokasi / Letak Posyandu
Syarat lokasi/letak yang harus dipenuhi meliputi:
1) Berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat
2) Ditentukan oleh masyarakat itu sendiri
3) Dapat merupakan lokal tersendiri
4) Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di rumah penduduk, balai rakyat, pos RT/RW atau pos lainnya.
G. Pelayanan Kesehatan Di Posyandu
Adapun pelayanan kesehatan yang dijalankan oleh posyandu meliputi:
1) Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita
a) Penimbangan bulanan
b) Pemberian tambahan makanan bagi yang berat badannya kurang
c) Immunisasi bayi 3-14 bulan
d) Pemberian orlit untuk menanggiulangi diare
e) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama
2) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur
a) Pemeriksaan kesehatan umum
b) Pemeriksaan kehamilan dan nifas
c) Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan tablet besi
d) Immunisasi TT untuk ibu hamil
e) Penyuluhan kesehatan dan KB
f) Pemberian alat kontrasespsi KB
g) Pemberian oralit pada ibu yang terkena diare
h) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama
i) Pertolongan pertama pada kecelakaan (Effendi, 1998).
Dalam pelaksanaan tugasnya kader pada posyandu selalu didampingi oleh tim dari Puskesmas, seperti pada pelaksanaan pada meja IV, apabila kader menemui masalah kesehatan, kader harus berkonsultasi pada petugas kesehatan yang ada, masalah tersebut dapat berupa:
a) Balita yang berat badanya tidak naik tiga kali berturut-turut.
b) Balita yang berat badanya di bawah garis merah.
c) Balita yang sakit; batuk, sukar bernafas, demam dan sakit telinga.
d) Balita yang mencret.
e) Anak yang menderita buta senja atau mata keruh.
f) Balita dengan penyimpangan tumbuh kembang atau perkembangan terlambat.
g) Ibu yang pucat, sesak nafas, bengkak kaki terutama ibu hamil.
h) Ibu hamil yang menderita perdarahan, pusing kepala yang terus menerus (Depkes RI-Unicef, 2000).
Bentuk kegiatan lain yang masih dilokasi Posyandu berupa;

1) Mencatat hasil kegiatan UPGK dalam regester balita sampai terbentuknya balok SKDN.
2) Membahas bersama - sama kegiatan lain atas saran petugas.
3) Menetapkan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan seperti penyuluhan.
Sedangkan bentuk kegiatan yang dilakukan diluar posyandu berupa:
1) Melaksanakan kunjungan rumah.
2) Menggerakkan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam kegiatan UPGK.
3) Memanfaatkan pekarangan untuk peningkatan gizi keluarga.
4) Membantu petugas dalam pendaftaran, penyuluhan, dan peragaan ketrampilan (DepkesRI-Unicef, 2000).
Apabila kader menjumpai kesulitan dalam menjalankan tugasnya dalam posyandu, maka mereka dapat menghubungi orang-orang berikut sebagai upaya untuk mencari jalan keluar:
a) Bidan desa.
b) Kepala Desa.
c) Tokoh masyarakat / tokoh agama.
d) Petugas LKMD, RT, RW.
e) Tim Penggerak PKK.
f) Petugas PLKB.
g) Petugas pertanian ( PPL ).
h) Tutor dari P dan K.
H. Dukungan Dari Puskesmas/ Petugas Kesehatan
Memberikan pelatihan kepada kader yang terdiri dari:
1)     Aspek komunikasi.
2) Tehnik berpidato.
3) Kepemimpinan yang mendukung Posyandu.
4) Proses pengembangan.
5) Tehnik pergerakan peranserta masyarakat.
6) Memberikan pembinaan pada kader setelah kegiatan Posyandu berupa:
  • Cara melakukan pendataan / pencatatan.
  • Cara meningkatkan kemampuan kader dalam menyampaikan pesan kesehatan pada masyarakat.
7) Memotivasi untuk meningkatkan keaktifan kader dalam kegiatan Posyandu.
I. Dukungan dari Masyarakat / LKMD
LKMD mempunyai peranan besar dalam upaya peningkatan tarap kesehatan masyarakat di desa / kelurahan. Dalam hal ini termasuk upaya penurunan angka kematian bayi, anak balita, ibu hamil dan angka kelahiran, khususnya yang diupayakan melalui posyandu dengan kegiatanya.
Peranan LKMD dalam pembentukan Posyandu;
  1. Mengusulkan, mendorong dan membantu kepala desa / kelurahan untuk
membentuk posyandu di wilayahnya.
  1. Memberi tahu masyarakat tentang pentingnya posyandu serta cara
pembentukannya.
  1. Membantu secara aktif pelaksanaan pengumpulan data dan musyawarah masyarakat dalam rangka membentuk Posyandu, penentuan lokasi, jadwal, pemilihan kader dan lain-lainnya.
Peranan LKMD dalam pelaksanaan Posyandu:
  1. Mengingatkan mendorong dan memberi semangat agar kader selalu melaksanakan tugasnya di Posyandu dengan baik.
  2. Mengingatkan ibu hamil, ibu yang mempunyai bayi dan anak balita serta ibu usia subur agar datang ke Posyandu sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Peranan LKMD dalam pembinaan Posyandu.
  1. Mengamati apakah penyelenggaraan Posyandu telah dilakukan secara teratur setiap bulan, sesuai jadwal yang telah disepakati.
  2. Mengamati apakah Posyandu telah melaksanakan pelayanan secara lengkap (KIA, KB, Gizi, Immunisasi dan penanggulangan diare).
  3. Memberikan saran-saran kepada kepala desa / kelurahan dan kader agar Posyandu dapat berfungsi secara optimal ( agar buka teratur sesuai jadwal, melakukan pelayanan secara lengkap dan dikunjungi ibu hamil, ibu dan anak balita serta ibu usia subur).
  4. Bila dipandang perlu, membantu mencarikan jalan agar Posyandu dapat melakukan pemberian makanan tambahan kepada bayi dan anak balita secara swadaya.
  5. Mengingatkan kader untuk melakukan penyuluhan di rumah-rumah ibu (kunjungan rumah) dengan bahan penyuluhan yang tersedia.
  6. Mencarikan jalan dan memberi saran-saran agar kader dapat bertahan melaksanakan tugas dan perannya (tidak drop out). Misalnya dengan pemberian penghargaan, mengupayakan alat tulis atau bantuan lainya.
  7. Membahas bersama kepala desa / kelurahan dan tim pembina LKMD Kecamatan cara-cara pemecahan masalah yang dihadapi Posyandu.
  8. Agar pembinaan Posyandu dan pembinaan kader dilakukan oleh LKMD ini dapat dilaksanakan dengan baik, maka cara dan pesan-pesan penyuluhan yang berkaitan dengan promosi Posyandu juga perlu dipahami oleh LKMD.






BAB III
PENUTUP
Posyandu adalah singkatan dari Pos Pelayanan Terpadu yang mengandung makna: uatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini.
Tujuan Posyandu untuk menurunkan AKB/AKI, membudayakan NKKBS dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam mengembangkan kegiatan KB-Kes kegitan pembangunan lainnya untuk mencapai keluarga sejahtera .
Kegiatan Pokok Posyandu mencakup Program KIA, KB, Imunisasi, Gizi dan Penanggulangan Diare.
SIP (Sistem Informasi Posyandu) adalah rangkaian kegiatan untuk menghasilkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan secara tepat guna dan tepat waktu bagi pengelola Posyandu.
Posyandu mandiri merupakan Posyandu percontohan terbaik dengan ciri sebagai berikut :

• Kegiatan secara teratur dan mantap.
• Cakupan program/kegiatan baik.
• Mempunyai program tambahan.
• Memiliki dana sehat dan JPKM yang mantap.
LKMD dan PKK merupakan lembaga masyarakat yang merupakan wadah partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang berfungsi Kades/lurah untuk tercapainya masyarakat sehat dan sejahtera.



DAFTAR PUSTAKA
 KELOMPOK III
Hijranah Tamrin Ar A1 09 0250
Ika Lestari A1 09 0251
Junaid A1 09 0254
Muh Taslim A1 09 0256