Rabu, 21 Desember 2011

Asuhan keperawatan "adaptasi psikologis post partum

BAB I
ADAPTASI PSIKOLOGIS POST PARTUM

Post partum adalah masa nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu, akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Prawiroraharjo, 2000)
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
(Rustam Mochtar, 1998)
Dalam proses adaptasi pada masa postpartum terdapat tiga metode yang meliputi ”immediate puerperineum” yaitu 24 jam pertama setelah melahirkan, ”early puerperineum” yaitu setelah 24 jam hingga 1 minggu, dan ”late puerperineum” yaitu setelah satu minggu sampai 6 minggu postpartum.
1.      Adaptasi psikologi ibu
Menjadi orang tua merupakan suatu krisis tersendiri dan harus melewati masa transisi. Masa transisi pada postpartum yang harus diperhatikan perawat adalah :
Honeymoon
Honeymoon adalah fase setelah anak lahir dan terjadi kontak yang lama antara ibu, ayah dan anak. Masa ini dapat dikatakan sebagai psikis honeymoon yang memerlukan hal-hal romantis, masing-masing saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yangbaru.
Bonding attachment/ikatan kasih
Dimulai sejak dini begitu bayi dilahirkan. Bonding adalah suatu istilah untuk menerangkan hubungan antara ibu dan anak, sedangkan attachment adalah suatu keterikatan antara orangtua dan anak. Peran perawat penting sekali untuk memikirkan bagaimana hal tersebut dapat terlaksana. Partisipasi suami dalam proses persalinan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan ikatan kasih tersebut.  
Perubahan fisiologis pada klien postpartum akan diikuti oleh perubahan psikologis secara simultan sehingga klien harus beradaptasi secaramenyeluruh. Menurut klasifikasi Rubin terdapat tiga tingkat psikologisklien setelah melahirkan adalah :

Fase taking in
Suatu periode dimana ibu hanya berorientasi pada kebutuhan diri sendiri, tingkah laku klien pasif dengan berdiam diri, tergantung pada orang lain. Ibu belum mempunyai inisiatif untuk kontak dengan bayinya, dia sangat membutuhkan orang lain untuk membantu, kebutuhannya yang utama adalah istirahat dan makan. Selain itu ibu mulia menerima penganlamannya dalam melahirkan dan menyadari bahwa hal tersebut adalah nyata, periode ini berlangsung 1-2 hari. Menurut Gottible, pada fase ini ibu akan mengalami ”proses mengetahui/menemukan” yang terdiri dari :
? Identifikasi
Ibu mengidentifikasi bagian-bagian dari bayi, gambaran tubuhnya untuk menyesuaikan dengan yang diharapkan/diimpikan.
? Relating (menghubungkan)
Ibu mengambarkan bayinya mirip dengan anggota keluarga yang lain.
? Menginterpretasikan
Ibu mengartikan tingkah laku bayi dan kebutuhan yang dirasakan. Pada fase ini dikenal dengan istilah ”finger tie touch”

 Fase Taking hold
ibu berusaha mandiri dan berinisiatif , perhatian terhadap kemampuan mengatasi fungsi tubuhnya misalnya kelancaran buang air besar, buang air kecil, melakukan berbagai aktivitas, jalan, duduk, ingin belajar tentang perawatan dirinya sendiri dan bayinya . Timbul rasa kurang percaya diri sehingga mudah  mengatakan tidak mampu mengatakan perawatan ’’fase ini berlangsung kira-kira 10 hari’’.
Fase Letting go
Pada fase ini klien sudah mampu merawat dirinya sendiri dan mulai disibukkan tanggung jawabnya sebagai ibu. Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah.

Post partum blues
Pada fase ini terjadi perubahan kadar hormon esterogen dan progesteron yang menurun, selain itu klien tidak siap dengan tugas-tugas yang harus dihadapinya. Post partum blues biasanya terjadi 6 minggu setelah melahirkan. Gejala yang tampak adalah menangis, mudah tersinggung, gangguan nafsu makan, gangguan pola tidur, dan cemas. Bila keadaan ini berlangsung lebih dari 2 minggu dan klien tidak mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan tugasnya maka keadaan ini dapat menjadi serius yang dikenal sebagai post partum depresi.

2.      Adaptasi psikologis pada ayah dan keluarga

Adaptasi psikologis ayah
Respon ayah pada masa sesudah klien melahirkan tergantung keterlibatannya selama proses persalinan, biasanya ayah akan merasa lelah, ingi selalu dekat dengan istri dan anaknya, tetapi kadang-kadang terbentur dengan peraturan RS.

Adaptasi psikologis keluarga
Kehadiran bayi baru lahir dalam keluarga menimbulkan perubahan peran dan hubungan dalam keluarga tersebut, misalnnya anak yang lebih besar menjadi kakak, orang tua menjadi kakek/nenek, suami dan isteri harus saling membagi perhatian. Bila banyak anggota keluarga yang membantu merawat bayi, maka keadaan tidaklan sesulit dengan tidak ada yang membantu, sementara klien harus ikut aktif melibatkan diri dalam merawat bayi dan membantu rumah tangga.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM

A.    Pengkajian
1. Fisiologis :
v  Keadaan umum:  tingkat energy, self estem, tingkat kesadaran.
v  BB, TB, LLA, tanda vital normal ( TD konsisten,  nadi cenderung bradikardia, suhu 36,2-38, respirasi 16-24)
v  Kepala: rambut, wajah, mata (konjungtiva) hidung, mulut, fungsi pengecapan, pendengaran, leher.
v  Breast:  pembesaran, simetris, pygmentasi: warna kulit, keadaan areola dan puting susu, stimulation, nipple erexi, kepenuhan dan pembengkakan, benjolan, nyeri, produksi laktasi/colostrums, perabaan, pembesaran kelenjar getah bening pada ketiak.
v  Abdomen: teraba lembut, tekstur doughy (kenyal), M.rectus abdominalis utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi striae, tinggi fundus uterus, konsitensi (keras, lunak, boggy), lokasi, kontraksi uterus, nyeri,perabaan distensi blas.
v  Anogeniatal: lihat struktur, regangan, edema vagina, keadaan liang vagina (licin, kendur, lemah) adakah edema, nyeri tegang. Perineum: keadaan luka epiostomy, echimosis, edema, kemerahan eritema, draibnage lochia (warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi, 1-3 hari rubra, 4-10 hari serosa, > 10 hari alba)   
v   Muskulus: tanda human, edema, tekstur kulit  nyeri bila dipalpasi, kekuatan otot.


2.      Pemeriksaan Diagnostik
a.       Darah:  Hemoglobin/Hematokrit 12-24 post partum (jika Hb <10g% dibutuhkan suplemen Fe), eritrisot, leukosit, trombosit.
b.      Klien dengan Dower kateter diperlukan kultur urine.

3.      Factor resiko
Blues: perasaan sedih, kelelahan, kecemasan, bingung dan mudah menangis.
Depresi: konsentrasi, minat,perasaan kesepian, ketidakamanan, berfikir obsesif, rendahnya emosi yang positif dan perasaan tidak berguna. 

4.      Psikologis / emosional
Interaksi orang tua anak:  bila bayi masih dalam ruangan perhatikan ekspresi wajah oarngtua ketika melihat pada bayinya, apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan oleh orang tua.

B.     Perumusan diagnosis
1.      Potensial terjadinya hemoragia berhubungan dengan atonia uteri dan trauma.
2.      Potensial terjadinya retensi urine berhubungan dengan trauma persalinan anak.
3.      Nyeri berhubungan dengan afterpain,epiostomi yg belum sembuh
4.      Potensial pecahnya putting susu dan mastitis berhubungan dengan kegiatan menyusui.
5.      Gangguan proses laktasi berhubungan dengan tingkat pengetahuan ibu dan pengalaman sebelumnya.
6.      Depresi berhubungan dngan tingkat hormon,tidak nyaman dan syok posttraumatik.
7.      Potensial kurangnya pengetahuan mengenai hub seksual,senam nifas,dan kontrasepsi.
8.      Potensial kurangnya pengetahuan mengenai menyusui dan penggunaan sumber-sumber komunitas

C.    Perencanaan tindakan
1.      Potensial terjadinya hemoragia berhubungan dengan atonia uteri dan trauma.
Intervensi:
·         Masase lembut secara interminten fundus uteri dapat membantu mengeluarkan darah dan bekuan yang menumpuk sehingga uterus dapat berkontraksi kembali.
·         Kaji jumlah darah yang keluar yang terdapat pada pembalut.
·         Pantau tanda-tanda dan observasi warna kulit apakah ibu mengalami sianosis.
·         Bila keluar jaringan dapat menandakan terjadinya sisa plasenta di dalam uterus
·         Bila perperdarahan terjadi tiba-tiba kemungkinan dilakukan laserasi pada serviks atau vagina
·         Bila keluar jaringan dapat menandakan terjadinya sisa plasenta di dalam uterus kemungkinan dilakukan tindakan perbaikan dengan operasi.

2.      Potensial terjadinya retensi urine berhubungan dengan trauma persalinan.
Kandung kemih yang penuh menekan uterus ke atas dan ke samping. Posisi yang demikian dapat mengganggu kontraksi uterus, sehingga mengarah pada terjadinya hemoragia. Hal ini menambah ketidaknyamanan dan dapat mengakibatkan atonia uteri kandung kemih, retensi urine, dan bahkan infeksi.
Akibat terjadinya trauma dan pembengkakan yang terjadi padaibu mungkin didapati adanya kesulitan berkemih. Air hangat dipancurkan diatas vulva dan air dibiarkan mengalir membantu relaksasi sfinter, bila gagal maka dianjurkan katerisasi.    

3.      Nyeri berhubungan dengan ruptur, nyeri setelah melahirkan.
Intervensi :
·         Berikan kantung es pada perineum
·         Kaji rasa nyaman ( nyeri )
·         Observasi TTV
·         Ajarakan ibu dalam menggunakan tehnik relaksasi yang di pelajari
·         Intervensi ibu untuk mengerutkan bokong bersamaan bila duduk lagi saat ambulasi terasa nyeri.
·         Atur posisi tidur klien sesuai dengan derajat kenyamanan klien
·         Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian analgesik.

4.      Potensial pecahnya putting susu dan mastitis berhubungan dengan kegiatan menyusui
Bagi ibu yang menyusui bayinya, perawatan putting susu merupakan suatu hal amat penting. Payudara harus dibersihkan dengan teliti setiap hari selama mandi dan sekali lagi hendak menyusui. Hal ini akan mengangkat colostrums yang kering atau sisa susu dan membantu mencegah akumulasi dan masuknya bakteri baik ke putting susu maupun ke mulut bayi. Salep atau krim khusus dapat digunakan untuk mencegah pecah-pecah pada putting. Bila putting menjadi pecah-pecah, proses menyusui dapat ditangguhkan sampai putting tersebut sembuh. ASI dikeluarkan secara manual atau menggunakan pompa ASI elektrik, disimpan kemudian diberikan pada bayi. Terus menyusui dengan putting pecah-pecah dan perdarahan dapat mengarah pada mastitis, suatu komplikasi serius.  

5.      Gangguan proses laktasi berhubungan dengan tingkat pengetahuan ibu dan pengalaman sebelumnya.
Intervensi :
·         Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya
·         Tentukan system pendukung yang tersedia pada klien dan sikap pasangan
·         Demontrasikan dan tinjau ulang tehnik-tehnik menyusui , perhatikan posisi bayi selama menyusui dan lamanya menyusui.
·         Berikan informasi , verbal dan tertulis mengenai fisiologis dan kandungan menyusui.
·         Anjurkan klien melihat putting setiap habis menyusui.
·         Anjurkan penggunaankompres es sebelum menyusui dan latihan puting dengan memutar diantara ibu jari dan jari tengah.
·         Anjurkan klien untuk mengeringkan putting susu dengan udara selama 20-30 menit setelah menyusui.
·         Intruksikan klien untuk menghindari penggunaan pelindung putting kecuali secara khusus diindikasikan.
·         Berikan pelindung puting payudara untuk klien menyusui dengan putting masuk dan datar.
·         Kolaborasi , rujuk klien pada kelompok pendukung , misalnya Posyandu.

6.      Depresi berhubungan dengan tingkat hormone, tidak nyaman dan syok postraumatik.
Respon emosi pada wanita terhadap kehamilan, persalinan dan purpurium, ketika, saat-saat kelahiran telah dekat, wanita mengalami peningkatan kegembiraan, mencapai klimaks denan kelahiran bayi. Seringkali emosi menurun dengan cepat setelah kelahiran. Tingat estrogen dan progesterone dalam tubuh menurun.
7.      Potensial kurangnya mengenai hubungan seksual, senam nifas dan kontrasepsi.
Hubungan seks
Dapat dilakukan dengan aman ketika luka epiostomi telah sembuh dan keluaran lochia telah berhenti karena tingkat estrogen yang rendah dalam seminggu setelah melahirkan anak, sel-sel pensekresi dalam vagina mungkin hanya membentuk sedikit pelumas alamiah oleh karenanya menggunaan lubricant dapat sangat membantu. Beberapa wanita mengalami let-down ASI respon terhadap orgasme seksual mereka juga mungkin merasakan rangsangan seks pada saat menyusui. Respon fisologis ini dapat menekan pasien kecuali mereka memahami bahwa hal tesebut adalah normal.
Latihan peregangan otot/senam nifas
Ketika kekuatan mereka telah kembali setelah awal periode penyesuaian terhadap melahirkan anak pasien dapat memulai latihan peregangan otot dasar pelvis dan otot-otot abdomen didasarkan pada ibu selama perawatan prenatal segera setelah merasa nyaman, dorong ibu untuk melakukan latihan ini. Demikian pula, mereka dapat memulai latihan otot-otot abdomen, ketika bila kekuatannya mulai kembali pasien harus ingat bahwa selan 5-6 bulan otot-otot mengalami relaksasi dan hal tersebut membutuhkan waktu berbulan – bulan mencapai tonus sebelumya.
            Kaji tingkat pengetahuan klien tentang KB, HE tentang manfaat KB, HE tentan metode kontrasepsi, keuntungan dan kerugiannya.
8.       
 Kebanyakan ibu yang sehat dan bayinya pulang kerumah 2-5 hari setelah dilahirkan perawat, bidan atau dokter melakukan pemeriksaan fisik dan wawancara pada ibu sebelum dipulangkan. Pemeriksaan fisik meliputi : pangkajian, organ – organtubuh besar payudara organ-organ dalam pelviks, dan perineum wawancara memberikan kesempatan pada ibu untuk membicarakan masalah yang dimiliki dan mengajukan pernyataan-pernyataan. Beberapa dokter dan bidan mennyediakan daftar yang telah dicetak tentang instruksi bagi ibu termasuk hal-hal sebagai berikut:
1.       Aktifitas
2.      Mandi
3.      Hubungan seks
4.      Diit
5.      Latihan
6.      Tanda-tanda bahaya
7.      Pemeriksaan kembali pada minggu ke 6  
D.    Implementasi
Merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan. Mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain. Tindakan kolaborasi  adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
E.     Evaluasi
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.

Asuhan keperawatan "abortus inkomplit"

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan dalam hal ini adalah abortus yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Abortus spontan terjadi karena kualitas sel telur dan sel sperma yang kurang baik untuk berkembang menjadi sebuah janin. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu.Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik.

Menariknya pembahasan tentang abortus dikarenakan pemahaman di kalangan masyarakat masih merupakan suatu tindakan yang masih dipandang sebelah mata. Oleh karena itu, pandangan yang ada di dalam masyarakat tidak boleh sama dengan pandangan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan, dalam hal ini adalah perawat setelah membaca pokok bahasan ini.

Angka kejadian abortus diperkirakan frekuensi dari abortus spontan berkisar 10-15%. Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% jika diperhitungkan banyak wanita mengalami kehamilan dengan usia sangat dini, terlambatnya menarche selama beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak mengetahui kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun, dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000-750.000 janin yang mengalami abortus spontan.

Abortus terjadi pada usisa kehamilan kurang dari 8 minggu, janin dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8–14 minggu villi koriales menembus desidua secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan kemudian plasenta.

Peran perawat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya abortus adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring dengan kejadian abortus.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.   A.  PENGERTIAN
Kehamilan adalah suatu proses yang dimulai dari ovulasi sampai persalinan aterm sekitar 280 hari (40 minggu). Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan yaitu :
a.       Triwulan pertama antara 0-12 minggu,
b.      Triwulan kedua antara 12-28 minggu,
c.       Triwulan ketiga 28-40 minggu dan apabila kehamilan ini berakhir sebelum waktunya maka disebut dengan abortus.
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil dilaporkan dapat hidup diluar kandungan memiliki berat badan lahir 297 gram tetapi jarangnya janin yang di lahirkan dengan berat badan dibawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu.
Berikut ini dikemukakan beberapa defenisi abortus menurut beberapa pendapat antara lain :
a)      Abortus merupakan berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan
b)      Abortus merupakan pengakhiran kehamilan dengan cara apapun sebelum janin cukup berkembang untuk dapat hidup diluar kandungan. Defenisi lain yang digunakan secara umum adalah kelahiran janin-neonatus yang beratnya kurang dari 500 gram.
c)       Abortus merupakan terhentinya proses kehamilan sebelum berumur 28 minggu atau berat janin 1000 gram.
d)     Abortus merupakan suatu proses berhentinya suatu kehamilan, dimana janin belum mampu hidup diluar rahim (viable) dengan criteria usia kehamilan < 20 minggu atau berat badan janin < 500 gram.
e)      Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Dibawah ini dikemukakan beberapa defenisi para ahli tentang abortus :
ü  EASTMAN     : Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400-1000 gram, atau sisa kehamilan kurang dari 28 minggu.
ü  JEFFCOAT   : Abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu, yaitu fetus belum Viable by law.
ü  HOLMER       : Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16, dimana proses plasentasi belum selesai.
Berdasarkan beberapa defenisi tentang abortus diatas maka penulis menyimpulkan bahwa abortus adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan pada umur kehamilan < 20 minggu dengan berat badan janin < 500 gr. 

B.   B.   KLASIFIKASI ABORTUS
Abortus dapat dibagi dalam 2 golongan :
1.      Abortus spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
Abortus spontan terbagi atas :
? Abortus imminens (keguguran membakat dan akan terjadi)
Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan antispasmodika serta istirahat.
? Abortus insipiens (keguguran yang sedang berlangsung)
Abortus yang sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba. Kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.
? Abortus Inkomplit (keguguran bersisa)
Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.
? Missed Abortion
Keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama dua bulan lebih.
? Abortus komplit (keguguran lengkap)
Seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga rongga rahim kosong.
? Abortus habitualis (keguguran yang berulang)
Artinya keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
? Abortus infeksiosa dan Abortus Septik
Abortus Infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi genetalia sedangkan abortus septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksin kedalam peredaran darah atau peritoneum.
2.      Abortus Provokatus
adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat yang dapat dibagi menjadi:
? Abortus medisinalis (abortus therapeutica)
Artinya abortus pada tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu  (berdasarkan indikasi medis).
? Abortus kriminalis
Artinya abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

C.    C. ETIOLOGI
Penyebab keguguran sebagian besar tidak di ketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa sebab antara lain :
1.      Faktor pertumbuhan hasil konsepsi
Ini dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan kematian mudigah pada hamil muda.
Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
·         Kelainan kromosom
Gangguan yang terjadi sejak semula pertemuan kromosom terutama ditemukan pada trisomi autosom.
·         Faktor lingkungan endometrium
v  Endometrium yang belum siap untuk menerima hasil konsepsi terganggu.
v  Gizi ibu  kurang
·         Pengaruh dari luar
v  Infeksi endometrium, endometrium tidak siap untuk menerima hasil konsepsi.
v  Hasil konsepsi dipengaruhi oleh radiasi dan obat menyebabkan pertumbuhan janin terganggu.
2.      Kelainan plasenta
Endarteritis dapat terjadi dalam villi korialis dan menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi.
3.      Penyakit ibu 
Penyakit secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan melalui placenta yaitu penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, syphilis. Toxin, bakteri, virus, atau plasmodium sehinggga menyebabkan kematian janin dan terjadi abortus.
4.      Kelainan traktus genitalis
Retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus.



D.    D. PATOFISIOLOGIS
Gejala awal yang di timbulkan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga bagian yang terlepas ini merupakan benda asing dalam uterus. Ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut, oleh karena adanya kontraksi uterus maka akan memberi gejala umum berupa nyeri perut karena kontraksi disertai perdarahan dan pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum menembus desidua lebih dalam. Pada kehamilan antara 8-14 minggu villi korialis menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan ³ 14 minggu yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap.


E.   E.   DIAGNOSA ABORTUS
Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan  pervaginam setelah mengalami haid terlambat, rasa mules, kecurigaan tersebut diperkuat dengan ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dengan tes kehamilan secara biologis atau imunologik. Harus diperhatikan macam dan banyaknya perdarahan, pembukaan serviks dan adanya jaringan dalam kavum uteri atau vagina.
Abortus inkomplit diduga bila pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Perdarahan pada abortus inkomplit dapat banyak sekali, sehingga menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan.

F.     F. MANIFESTASI KLINIS ABORTUS INKOMPLIT
·         Amenoroe
·         Perdarahan pervagina
·         Sakit perut dan mules-mules
·         Tes kehamilan menunjukkan positif
·         Pada pemeriksaan dalam dijumpai gambaran berupa :
Ø  Kanalis servikalis terbuka kadang tidak.
Ø  Dapat diraba jaringan dalam rahim atau kanalis servikalis.


G.    G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok.
ý  Perdarahan
Diatasi dengan pengosongan uterus dan sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian yang disebabkan oleh perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
ý  Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika peristiwa ini terjadi penderita perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi dan tergantung dari luas dan bentuk peforasi, penjahitan luka operasi atau perlu histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan lebih luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan.
ý  Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi tiap abortus, tetapi biasanya ditemukan abortus inkomplit dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi menyebar lebih jauh terjadilah peritonitis umum atau sepsis dengan kemungkinan diikuti syok.
ý  Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik).

H.   H.  PENANGANAN UMUM ABORTUS
a)      Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien, termasuk tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu).
b)      Periksa tanda-tanda syok (pucat dan berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik kurang dari 90 mmHg, nadi lebih 112 x/ menit).
c)      Jika dicurigai terjadi syok, segera mulai penanganan syok. Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi wanita karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat.
d)     Pasang infus dengan jarum infus besar (16 G atau lebih besar), berikan larutan garam fisiologik atau ringer laktat dengan tetesan cepat (500 ml dalam 2 jam pertama).

I.       I. PENANGANAN ABORTUS INKOMPLIT
a)      Menentukan besar uterus, kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan hebat, syok dan sepsis).
b)      Bila perdarahan tidak banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan evakuasi secara digital atau cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi.
c)      Bila perdarahan berhenti beri ergometrin 0,2 mg / IM atau Misoprostol 400 gram/oral.
d)     Bila perdarahan banyak dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu evakuasi sisa hasil konsepsi dengan :
·         Aspirasi vakum manual (AVM)
Merupakan metode evakuasi yang dipilih. Jika aspirasi vakum tidak tersedia evakuasi dilakukan dengan kuret tajam.
·         Bila evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg/IM (diulangi setiap menit jika perlu) atau misorostol 400 gram/oral (dapat diulangi setelah 4 jam atau jika perlu)
e)      Kehamilan lebih dan 16 minggu :
·         Infus oksitoksin 20 unit dalam 500cc cairan IV (garam fisiologik/Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes/menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi.
·         Jika perlu berikan misoprostol 200 mg/vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mg)
·         Evakuasi sisa konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
Ø  Bila tidak ada tanda-tanda infeksi beri antibiotika profilaksis (sulbenisillin 2 gram/IM atau sefuroksim 1 gram oral).
Ø  Bila terjadi infeksi beri ampicillin 1 gram dan Metrodidazol 500mg setiap 8 jam.
Ø  Bila pasien tampak anemik, berikan sulfasferosus 600 mg/hari selama 2 minggu (anemia sedang) atau transfusi darah (anemia berat).
Pada beberapa kasus abortus inkomplit erat kaitannya dengan abortus risiko tinggi, oleh sebab itu perlu diperhatikan hal sebagai berikut :
1.      Pastikan tidak ada komplikasi berat seperti sepsis, perforasi uterus atau cedera intra abdomen (mual/muntah, nyeri punggung, demam, perut kembung, nyeri perut bagian bawah, nyeri ulang lepas).
2.      Bersihkan ramuan tradisional yaitu jamu, bahan kaustik, kayu atau benda-benda lain dari region genitalia.
3.      Berikan boster tetanus toxoid 0,5 ml bila tampak luka kotor pada dinding vagina atau kanalis servikalis dan pasien pernah diimunisasi.
4.      Bila riwayat pemberian imunisasi tidak jelas pemberian Tetanus Toxoid 0,5 ml setelah 4 minggu.


BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERWATAN

A.   A.  PENGKAJIAN
Biodata: Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat.
Keluhan utama :Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang
Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :
Ø  Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
Ø  Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.
Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.


B.     B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Devisit Volume Cairan b/d perdarahan
2.      Gangguan rasa nyaman: Nyeri b/d kerusakan jaringan intrauteri
3.      Gangguan Aktivitas b/d kelemahan, penurunan sirkulasi
4.      Resiko tinggi Infeksi b/d perdarahan, kondisi vulva lembab
5.      Cemas b/d kurang pengetahuan

C.    C. INTERVENSI
1.      Devisit Volume Cairan s.d Perdarahan
Tujuan :
Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Intervensi :
? Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik bervariasi
? Ukur pengeluaran harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
? Berikan sejumlah cairan pengganti harian
Rasional : Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif
? Evaluasi status hemodinamika
Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik

2.      Gangguan rasa nyaman : Nyeri s.d Kerusakan jaringan intrauteri
Tujuan :
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Intervensi :
? Kaji kondisi nyeri yang dialami klien
Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.
? Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya.
Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri
? Kolaborasi pemberian analgetika
Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik.

3.      Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi
Tujuan :
Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Intervensi :
? Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
Rasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk
? Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan
Rasional : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi
? Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.
Rasional : Mengistiratkan klilen secara optimal
? Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien
Rasional : Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan
? Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
R
asional : Menilai kondisi umum klien

4.      Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Intervensi :
? Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau
Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi
? Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar
? Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart
Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart
? Lakukan perawatan vulva
Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.
? Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi
Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi
? Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama se;ama masa perdarahan
Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu; senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi system reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.

5.      Cemas s.d kurang pengetahuan
Tujuan :
Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat
Intervensi :
? Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit
Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas
? Kaji derajat kecemasan yang dialami klien
Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian objektif klien tentang penyakit
? Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan
Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien
? Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama
Rasional : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan kecemasan
? Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga
Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.

D.D.     IMPLEMENTASI
Dilaksanakan sesuasi dengan rencana tindakan, menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan pedoman atau prosedur tenhik yan telah dilakukan

E.   E.   EVALUASI
Kriteria keberhasilan:
ü  Berhasil
Tuliskan kriteria keberhasilannya dan tindakan dihentikan.
ü  Tidak berhasil
Tuliskan mana yang belum berhasil dan lanjutkan tindakan.




DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC, Jakarta
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta