Rabu, 26 Oktober 2011

semester V



    ASUHAN KEPERAWATAN XEROFTALMIA
BAB I
KONSEP MEDIK

A.    Pengertian  
Xeroftalmia berarti mata kering. Xeroftalmia timbul akibat kekeringan yang terjadi pada selaput lendir (konjungtiva) dan kornea (selaput bening) mata. Xeroftalmia yang tidak segera diobati dapat menyebabkan kebutaan. Xeroftalmia terjadi akibat kurangnya konsumsi vitamin A pada bayi, anak-anak, ibu hamil, dan menyusui
Xeroftalmia adalah suatu penyakit mata akibat defisiensi vitamin A dengan 
kekeringan epitel biji mata dan kornea.

B.     Penyebab
Xeroftalmia terjadi akibat penerimaan vitamin A yang kurang dari kebutuhan 
tubuh. Masalah kekurangan vitamin A juga erat hubungannya dengan beberapa penyakit seperti diare, campak. Di Indonesia diperkirakan 30% dari semua kasus xeroftalmia didahului oleh penyakit campak, 20% oleh karena penyakit infeksi lain yang disertai demam. 

C.    Anatomi fisiologi
Struktur: pada permukaan anterior bola mata terdapat kornea yang  transparan. Lensa terletak di belakang iris, yang di tengahnya berlubang, yaitu pupil. Pada dinding belakang bola mata, nervus optikus muncul sedikit medial dari sumbu optik. Mata mengandung tiga rongga:

·         Kamera okuli anterior dibatasi kornea, iris dan lensa
·         Kamera okuli posterior yang mengelilingi lensa berupa cincin
·         Bagian dalam mata yang mengandung korpus vitreum

Korpus vitreum merupakan substansi mirip jelly, terutama mengandung air. Kamera okuli anterior dan posterior mengandung cairan bening mirip air yaitu humor akueus. 

Dinding bola mata terdiri atas tiga lapisan: sklera, uvea dan retina.
Sklera adalah suatu pembungkus jaringan penyambung padat terutama terdiri atas serat-
serat kolagen dan sedikit serat-serat elastin, yang bersamaan dengan tekanan intraokular memelihara bentuk bola mata.
Uvea mengandung pembuluh-pembuluh darah dan membentuk iris dan korpus siliaris di bagian anterior bola mata dan di bagian posterior, koroid.
Bagian posterior retina, yaitu pars optika, mengandung sel-sel sensoris peka-cahaya dan bagian anterior, pars saeka, epitel pigmen. Batas antara kedua bagian retina itu disebut ora serrata 

D.    Patologi 

Xerosis yang terjadi pada defisiensi vitamin A merupakan xerosis epitel. Xerosis 
pada hipovitaminosis A berupa kekeringan khas pada konjungtiva bulbi yang terdapat pada celah kelopak mata. Xerosis disertai dengan pengerasan dan penebalan epitel. Letak xerosis ini biasanya pada konjungtiva bulbi di daerah celah kelopak kantus eksternus. Bila mata digerakkan maka akan terlihat lipatan yang timbul pada konjungtiva bulbi. 
Konjungtiva di daerah ini terlihat kering atau terlihat sedikit kering. Bila kekeringan ini menggambarkan bercak bitot maka bercak ini berwarna seperti mutiara yang berbentuk segitiga. Bercak bitot seperti terdapat busa di atasnya. Bercak ini tidak dapat dibasahi oleh air mata dan akan terbentuk kembali. Terdapat dugaan bahwa bentuk busa ini merupakan akibat adanya kuman corynebacterium xerosis.

E.     Manifestasi klinis

a)      Hemeratopia (buta senja atau buta ayam) 
Pada tahap ini, penglihatan anak cukup baik dalam keadaan tentang, tetapi akan menjadi kurang baik pada keadaan remang-remang, misalnya pada senja hari. 
b)      Xerosis conjunctivae 
Bagian putih mata menjadi kering, kusam, tegang dan keriput. 
c)      Bercak bitot 
Pada bagian mata yang putih timbul bercak putih seperti buih sabun atau kadang-kadang seperti lemak. 
d)     Xerosis kornea 
Bagian mata yang hitam menjadi kuning, keruh, dan keriput. Kadang-kadang timbul pula bercak sehingga mengganggu penglihatan.
e)      Keratomalasia 
Bagian mata yang hitam menjadi lunak dan rusak yang mengakibatkan kebutaan. Gejala xeroftalmia sebelum mencapai keratomalasia masih dapat diupayakan pemulihannya dengan memberikan vitamin A yang cukup jumlahnya.

F.     Pemeriksaan penunjang

ª      Tes adaptasi gelap 
ª      Kadar vitamin A dalam darah (kadar < 20 mg/200 ml menunjukkan kekurangan intake) 

G.    Penatalaksanaan
? Pencegahan 
a.       Jangka panjang 
Pendidikan pemberian makanan yang baik. 
Pemberian makanan dengan vitamin A. 
b.      Jangka pendek 
Pemberian vitamin A 200.00 IU pada balita tiap 6 bulan atau 300.000 IU vitamin A tiap 1 tahun. 
? Memperbaki nutrisi dengan diet TKTP
? Memperbaki penyakit infeksi yang ada 
? Pengobatan 
a.       Pemberian vitamin A dalam dosis terapeutik, yaitu vitamin A oral 50.000-75.00 IU/kg BB, tidak boleh lebih dari 400.000 – 500.000 IU. 
b.      Pengobatan kelainan pada matanya (sesuai dengan stadiumnya) menurut FKUI:
{  Stadium I: tidak perlu pengobatan  
{  Stadium II: berikan salep AB 
{  Stadium III: berikan sulfaatropin 0,5 % tetes mata pada anak atau SA 4 % pada orang dewasa. 



















BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
Aktivitas/Istirahat 
Gejala: perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan khususnya pada senja hari. 

Neurosensori 
Gejala:  gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas) khususnya pada sore hari, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat, perubahan respons biasanya terhadap rangsang. 
Tanda: kekeringan pada konjungtiva bulbi. Bagian mata putih timbul bercak seperti buih sabun, kering, kusam, tegang dan keriput. Bagian mata hitam menjadi kering, kusam, keruh, keriput dan timbul bercak yang mengganggu penglihatan. 

Makanan/Cairan 
Gejala: tidak suka mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah 
Tanda: Menolak jika sayur-sayuran dan buah 

Nyeri/Kenyamanan 
Gejala: ketidaknyamanan ringan/mata kering, sakit kepala. 

Integritas Ego 
Gejala:   peningkatan kepekatan atau kegelisahan 
Tanda: cemas, marah, depresi Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi dalam membuat keputusan, ketakutan dan ragu-ragu.

B.     Diagnosa keperawatan
1.      Gangguan sensori-perseptual: Visual berhubungan dengan ditandai dengan gangguan penerimaan sensori/ status organ indra.
2.      Cedera, resiko tinggi terhadap degenerasi ditandai dengan peningkatan TIO, perdarahan intraokuler, dan kehilangan vitreus.
3.      Kurang pengetahuan (Kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosisditandaidengan tidak mengenalk sumber informasi, salah interpretasi informasi.

C.    Intervensi
1.      Gangguan sensori-perseptual: Visual berhubungan dengan ditandai dengan gangguan penerimaan sensori/ status organ indra.
kriteria Hasil:
a.    Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu
b.    Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan
c.    Memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan
Tindakan/ intervensi Rasional
Mandiri
& Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat.
Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progresif. Bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju yang berbeda, tetaoi biasanya hanya satu mata diperbaiki per prosedur.
& Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain diareanya.
Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas dan disorientasi pascaoperasi.
& Observasi tanda-tanda dan gejala- gejala diorientasi: pertahankan pagar tempat tidur sampai benar-benar sembuh dari anestesia.
Terbangun dalam lingkungan yang tak dikenal dan mengalami ketebatasan penglihatan dapat mengakibatkan bingung pada orang tua. Menurunkan resiko jatuh bila pasiern bingung/ tak kenal ukuran tempat tidur.
& Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dan menyentuh sering; dorong orang terdekat tinggal dengan pasien.
Memberikan rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan bingung.
& Perhatikan tentang suram/ penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi menggunakan tetes mata.
Gangguan penglihatan/ iritasi dapt berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata. Tetapi secara bertahap menurun denganpenggunaan. Catatan: Iritasi local harus dilaporkan ke dokter, tetap jangan hentikan penggunaan obat sementara.
& Ingatkan pasien menggunakan kacamata katarak yang tujuanya memperbesar kuranglebih 25%, penglihatan perifer hilang, dan buta titik mungkin ada.
Perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingung penglihatan/ meningkatkan resiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensasi.
& Letakkan barang yang dibutuhkan/ posisi bel pemanggil dalam jangkauan pada sisi yang tak dioperasi.
Memungkinkan pasien melihat obyek lebih mudah dan memudahkan panggilan untuk pertolongan bila diperlukan.

2.      Resiko tinggi cedera terhadap degenerasi ditandai dengan peningkatan TIO, perdarahan intraokuler, dan kehilangan vitreus.
Kriteria hasil :
a.    Menyatakan pemahaman factor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.
b.    Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan factor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera.
Mengubah lingkungan sesuai dengan indikasi untuk meningkatkan keamanan.
Tindakan/ intervensi Rasional
Mandiri:
& Diskusikan apa yang terjadi pasca operasi tentang nyeri, pembatasan aktivitas, penampilan, balutan mata.
Membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkan kerja sama dalam pembatasan yang diperlukan.
& Beri pasien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan.
Istirahat hanya beberapa menit sampai beberapa jam  pada bedah  rawat jalan  atau menginap semalam bila terjadi komplikasi. Menurunkan tekanan pada mata yang sakit, meminimalkan resiko perdarahan atau stress pada jahitan/jahitan terbuka.
& Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok.
Menurunkan stress pada area operasi / menurunkan TIO.
& Dorong napas dalam bentuk untuk bersihkan paru.
Batuk meningkatkan TIO.
& Anjurkan menggunakan tekhnik manajemen stress contoh bimbingan imajinasi, visualisasi, napas dalam danlatihan relaksasi.
Meningkatkan relaksasi dan koping, menurunkan TIO.
& Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.
Digunakan untuk melindungi dari cedera kecelakaan dan menurunkan gerakan mata.

Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi:
& Antiemetik, contoh proklorperazin (Compazine)
Mual/ muntah dapat meningkatkan TIO, memerlukan tindakan segera untuk mencegah cedera okuler.
& Asetazolamid (Diamox)
Diberikan untuk menurunkan TIO bila terjadi peningkatan. Membatasi kerja enzim pada produksi akueus humor.
& Sikloplegis
Diberikan untuk melumpuhkan oto siliar untuk dilatasi dan istirahat iris setelah pembedahan bila lensa tidak terganggu.
& Analgesik, contoh Empirin dengan kodein, asetaminofen (Tyenol)
Digunakan untuk ketidaknyamanan ringan, meningkatkan istirahat/ mencegah gelisah, yang deapat mempengaruhi TIO. Catatan: Penggunaan aspirin dikontraindikasikan karena meningkatkan kecendrungan perdarahan.

3.      Kurang pengetahuan (Kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosisditandai dengan tidak mengenalk sumber informasi, salah interpretasi informasi
Kriteria hasil :
a.    Menyatakan pemahaman kondisi atau proses penyakit dan pengobatan.
b.    Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Tindakan/ intervensi Rasional
Mandiri :

& Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur/ lensa.
Identifikasi tanda/gejala memerlukan upaya evaluasi medis, contoh nyeri tajam tiba-tiba, penurunan penglihatan, kelopak bengkak, drainase purulen, kemerahan, mata berair, fotofobia.
& Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin. Beritahu untuk melaporkan penglihatan berawan.
Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerjasama dengan program pascaoperasi.
& Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
Dapat bereaksi silang/ campur dengan obat yang diberikan.
& Diskusikan kemungkinan efek/ interaksi antara obat mata dan masalah medis pasien, contoh peningkatan hipetensi, PPOM. Diabetes. Ajarkan metode yang tepat memasukkan obat tetes untuk meminimalkan efek sistemik.
Penggunaan obat mata topical, contoh agen simpatomimetik, penyekat beta, da agenkolinergik dapat menyebabkan TD meningkat pada pasien hipertensi; pencetus dipsnea pada pasien PPOM; gejala klinis hipoglikemik pada diabetes tergantung pada insulin. Tindakan benar dapat membatasi absorpsi dalam sirkulasi sistemik, meminimalkan masalah seperti interaksi obat dan efek sistemik tak diinginkan.
& Anjurkan pasien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul, meniup hidung, penggunaan sprei, bedak bubuk, merokok (sendiri/ orang lain).
Aktivitas yang menyebabkan mata lelah/ regang, manuver Valsalva, atau meningkatkan TIO dapat dapat mempegaruhi hasil bedah dan mencetuskan perdarahan.catatan: Iritasi pernapasan yang menyebabkan batuk/bersin dapat meningkatkan TIO.
& Dorong aktivitas pengalih seperti mendengar radio, berbincang-bincang, menonton televisi.
Memberikan masukan sensori, mempertahankan rasanormalitas, melalui waktu lebih mudahbila tak mampu menggunakan penglihatan secara penuh. Catatan: menonton televise frekuensi sedang menuntut sedikit gerakan mata dan sedikit menimbulkan stress disbanding mambaca.
& Anjurkan pasien tidur telentang, mengatur intensitas lampu dan menggunakan kacamata gelap bila keluar/ dalam ruangan terang, keramas dengan kepala ke belakang (buka ke depan), bentuk dengan mulut/ mata terbuka.
Mencegah cedera kecelakaan pada mata dan menurunkan resiko peningkatan TIO sehubungan dengan berkedip/ posisi kepala.
& Anjurkan mengatur posisi pintu sehingga mereka terbuka/ tertutup penuh; pindahkan perabot dari lalu lalang jalan.
Menurunkan penglihatan perifer atau gangguan kedalaman persepsi dapat menyebabkan pasien jalan ke dalam pintu yang terbuka sebagian/ menabrak perabot.
& Dorong pemasukan cairan adekuat, makan berserat/ kasar; gunakan pelunak feses yang dijual bebas, bila diindikasikan.
Mempertahankan konsistensi feses untuk menghindari mengejan.
Intervensi dini apat mencegah terjadinya komplikasi serius, kemungkinan kehilangan penglihatan.

D.    Implementasi
Dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan, menjelaskan setiap tindakan yang  akan dilakukan  sesuai  dengan  pedoman  atau  prosedur  teknis  yang  telah ditentuka

E.     Evaluasi
Kriteria keberhasilan:
•     Berhasil
Tuliskan kriteria keberhasilannya dan tindakan dihentikan seperti:
Ketajaman penglihatan klien dalam batas normal.
Klien dapat mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
Klien dapat memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Klien dapat menyatakan pemahaman factor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.
Klien dapat Menyatakan pemahaman kondisi atau proses penyakit dan pengobatan.
•     Tidak berhasil
Tuliskan mana yang belum berhasil dan lanjutkan tindakan.





ASUHAN KEPERAWATAN BENDA ASING DI MATA 

BAB I
KONSEP MEDIK
Pasien dengan benda asing dalam konjungtiva mungkin mengeluh adanya sensasi benda asing, khususnya pada saat gerakan konjungtiva, air mata yang banyak dan infeksi konjungtiva (mata merah). Permukaan dalam konjungtiva bawah harus diinspeksi dan kelopak mata atas dieversi dan diperiksa.
Benda asing yang tidak menembus dibawah kelopak mata atas dapat diambil dengan mengangkat kelopak mata atas ke atas kelopak mata bawah menyapu benda asing tersebut keluar dari kelopak mata atas.
Alternative lain, benda asing dapat dikeluarkan dengan irigasi, hati-hati jangan sampai menyentuh kornea. Bila tak dapat diambil dengan cara ini, mata harus ditutup dan dibalut kemudian pasien dirujuk keahli Oftalmologi. Salah satu bahaya benda asing konjungtiva adalah ancaman terhadap kornea.
Benda asing superfisial pada kornea hanya perlu diirigasi untuk mengambilnya. Namun benda asing yang tertanam memerlukan tindakan oleh ahli Oftalmologi. Pengecatan fluoresin sering digunakan untuk mempertegas gambaran defek epitel superficial. Anastesi topical perlu diberikan sebelum mengangkat benda asing, yang akan dilakukan dengan alat berujung tumpul “jangan menggunakan aplikator berujung kapas” karena dapat menggesek epitel terlalu banyak. Bahan yang tertanan cukup dalam memerlukan pembedahan.
Bila epitel kornea, yang merupakan benteng alamiah terhadap mikroorganisme, mengalami gangguan maka mata menjadi rentan terhadap infeksi. Maka luka pada kornea harus di inspeksi setiap hari untuk mengetahaui adanya bukti infeksi sampai telah menyembuh dengan sempurna.
Struktur wajah dan mata sangat sesuai untuk melindungi mata dari cedera. Bola mata terdapat di dalam sebuah rongga yang dikelilingi oleh bubungan bertulang yang kuat. Kelopak mata bisa segera menutup untuk membentuk penghalang bagi benda asing dan mata bisa mengatasi benturan yang ringan tanpa mengalami kerusakan.Meskipun demikian, mata dan struktur disekitarnya bisa mengalami kerusakan akibat cedera. Kadang sangat berat sampai terjadi kebutaan atau mata harus diangkat. Cedera mata harus diperiksa untuk menentukan pengobatan dan menilai fungsi penglihatan.

A.    Pengertian
Corpus alienum adalah benda asing. Istilah ini sering digunakan dalam istilah medis. Merupakan salah satu penyebab cedera mata yang paling sering mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva. Meskipun kebanyakan bersifat ringan, tetapi beberapa cedera bisa berakibat serius . Apabila suatu korpus alienum masuk ke dalam bola mata maka biasanya terjadi reaksi infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata dan terjadi iridocylitis serta panophthmitis. Karena itu perlu cepat mengenali benda asing tersebut dan menentukan lokasinyadidalam bola mata untuk kemudian mengeluarkannya.
.

      Beratnya kerusakan pada organ – organ di dalam bola mata tergantung dari besarnya corpus alienum, kecepatannya masuk, ada atau tidaknya proses infeksi dan jenis bendanya sendiri.Bila ini berada pada segmen depan dari bola mata, hal ini kurang berbahaya jika dibandingkan dengan bila benda ini terdapat di dalam segmen belakang. Jika suatu benda masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi salah satu dari ketiga perubahan berikut :

1.      Mecanical effect.
Benda yang masuk ke dalam bola mata hingga melalui kornea ataupun sclera. Setelah benda ini menembus kornea maka ia masuk ke dalam kamera oculi anterior dan mengendap ke dasar. Bila kecil sekali dapat mengendap di dalam sudut bilik mata. Bila benda ini terus, maka ia akan menembus iris dan kalau mengenai lensa mata akan terjadi catarack, traumatic. Benda ini bisa juga tinggal di dalam corpus vitreus. Bila benda ini melekat di retina biasanya kelihatan sebagai bagian yang dikelilingi oleh eksudat yang berwarna putih serta adanya endapan sel – sel darah merah, akhirnya terjadi degenerasi retina.

2.      Permulaan terjadinya proses infeksi
Dengan masuknya benda asing ke dalam bola mata kemungkinan akan timbul infeksi. Corpus vitreus dan lensa dapat merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman sehingga sering timbul infeksi supuratif. Juga kita tidak boleh melupakan infeksi kuman tetanus.

3.      Terjadi perubahan – perubahan spesifik pada jaringan mata karena proses kimiawi ( reaction of ocular tissue )

B.     Penyebab
Penyebab cedera mata pada permukaan mata adalah percikan kaca, partikel yang terbawa angin dan ranting pohon.

C.    Tanda dan Gejala
Setiap cedera pada permukaan mata biasanya menimbulkan perasaan ada sesuatu dimata. Gejala lainnya adalah kepekaan terhadap cahaya, mata atau pembengkakan mata dan kelopak mata. Penglihatan bisa menjadi kabur.

D.    Penatalaksanaan
·         Anamnesa kejadian trauma
·         Pemeriksaan tajam penglihatan kedua mata.
·         Pemeriksaan dengan optalmoskop
·         Pemeriksaan keadaan mata yang kena trauma
·         Bila ada perforasi lakukan pemeriksaan X-Ray orbita dengan PA dan lateral
·         Perawatanluka
·         Pengeluaran benda asing sesuai dengan fasilitas dan Rujuk ke rumah sakit pusat.
·         Benda asing di mata harus dikeluarkan. Agar benda asing terlihat lebih jelas dan untuk melihat adanya goresan atau benda asing pada mata, bisa diberikan obat tetes mata khusus yang mengandung zat warna flouresensi.Kemudian diberikan obat tetes mata yang mengandung obat bius untuk mematikan rasa dipermukaan mata. Dengan menggunakan alat penerangan khusus, benda tersebut bisa dibuang oleh dokter. Benda asing seringkali bisa diambil dengan menggunakan kapas steril yang lembab atau kadang dengan mengguyur mata dengan air steril.
·         Jika benda asing menyebabkan goresan kecil pada permukaan kornea, diberikan salep antibiotik selama beberapa hari. Goresan yang lebih besar memerlukan pengobatan tambahan. Pupil diusahakan tetap melebar dengan pemberian obat, lalu dimasukkan antibiotik dan mata ditutup dengan plester. Sel-sel pada permukaan mata berregenerasi dengan cepat, meskipun goresannya besar, penyembuhannya akan berlangsung selama 1-3 hari.
·         Jika benda asing telah menembus ke lapisan mata yang lebih dalam, segera hubungi dokter spesialis mata.  












BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
1.      riwayat penyakit
a. keluhan utama
Mata berair dan terasa panas bila kena sinar matahari penglihatan kabur pada mata sebelah kanan.
 
b. riwayat penyakit sekarang
Pasien berkunjung ke rumah sakit dengan keluhan mata berair dan terasa panas bila kena sinar matahari penglihatan kabur pada mata sebelah kanan.

c. riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya mata pasien kena getah buah papaya pada 6 bulan yang lalu dan hanya diberi obat tetes mata biasa.

d. riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang menular ataupun keturunan seperti TB dan DM.

2.       Pemeriksaan fisik
a. keadaan umum
1. Kesadaran pasien compos mentis.
2. Tanda-tanda vital
·         TD : 130/90 mmhg 
·         Respirasi : 24 x/menit
·         Nadi : 80 x/ menit 
·         Suhu : 36 0C.

b. data fokus
Inspeksi : Tampak ada sulurnya pada mata sebelah kanan,mata berair.
Palpasi : Tidak dilakukan.
Perkusi : Tidak dilakukan.
Auskultasi : Tidak dilakukan.
Pemeriksaan Visus :
V OD : 6/9 ph maju 6/7
V OS : 6/9 ph maju 6/7

B.     Diagnose keperawatan
1.      Gangguan sensori perseptual berhubungan dengan penerimaan sensori akibat pterigium
2.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya partikel benda asing pada mata
3.      Potensial infeksi, penyebaran ke mata yang tak sakit berhubungan dengan kurang pengetahuan.

C.    Perencanaan
1.      Gangguan sensori perseptual berhubungan dengan penerimaan sensori akibat pterigium
Tujuan: 
-meminimalkan penerimaan sensori akibat pterigium 
-tanda tanda vital dalam batas normal.
Intervensi:
& Tentukan ketajaman mata pasien,catat apakah satu/dua mata yang gejala terlibat
Dengan dilakukannya pemeriksaan ketajaman mata maka dapat diketahui keadaan /letak ptrigium.
& Orientasikan pasien pada lingkungan sekitar.
orientasi pada lingkungan dapat mencegah terjadinya resiko cedera.
& Letakan barang yang dibutuhkan pasien didekatnya.
Dengan meletakan barang di dekat pasien dapat mencegah resiko cedera 
& Libatkan pasien dan orang lain dalam pemenuhan aktivitas kehidupan sehari hari.
dengan melibatkan keluarga di harapkan kebutuhan aktivitas sehari hari dapat terpenuhi.
& Gunakan kaca mata anti ultraviolet (kolaborasi dengan optik).
Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman
& kolaborasi dengan dokter SP.mata.
vasacon A 6x1 tetes 
Flamar 2x1 S : Pasien mengeluh matanya masih berair dan terasa panas, penglihatan kabur. 

2.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya partikel benda asing pada mata.
Tujuan: 
- meminimalkan resiko infeksi
- mengurangi gejala iritasi
Intervensi:
& Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati mata
Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi pada mata.
& Gunakan tunjukkan tehnik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam ke luar dengan tisu basah/bola kapas untuk tiap usapan.
Tehnik aseptic menurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang
& Tekankan pentingnya tidak menyentuh/menggaruk mata
Mencegah kontaminasi
& Observasi/diskusikan tanda terjadinya infeksi contoh kemerahan, kelopak membengkak, drainase purulen
Infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah prosedur dan memerlukan upaya intervensi.

3.      Potensial infeksi, penyebaran ke mata yang tak sakit berhubungan dengan kurang pengetahuan
Tujuan :

Infeksi tidak menyebar ke mata sebelahnya
Intervensi:
& Monitor pemberian antibiotik dan kaji efek sampingnya
mencegah komplikasi
& Lakukan tehnik steril
 mencegah infeksi silang
& Lakukan penkes tentang pencegahan dan penularan penyakit
memberikan pengetahuan dasar bagaimana cara memproteksi diri


















ASUHAN KEPERAWATAN BENDA ASING DI TELINGA

BAB I
KONSEP MEDIK

Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbangan) . Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
A.    Pengertian

Benda asing merupakan benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Telinga sering kemasukan benda asing. Kadang-kadang benda dapat masuk. Bila kemasukan benda asing di telinga, tentu saja terjadi penurunan pendengaran. Terkadang benda asing dapat masuk tanpa sengaja ke dalam telinga orang dewasa yang mencoba membersihankan kanalis eksternus atau mengurangi gatal atau dengan sengaja anak-anak memasukkan benda tersebut ke dalam telinganya sendiri.Namun, terkadang sering dianggap enteng oleh setiap orang. Pada anak, anak tak melaporkan keluhannya sebelum timbul keluhan nyeri akibat infeksi di telinga tersebut, lama-lama telinganya berbau. Jika hal ini terjadi, orang tua patut mencurigainya sebagai akibat kemasukan benda asing. Jangan menanganinya sendiri karena bisa-bisa benda yang masuk malah melesak ke dalam karena anatomi liang telinga yang berlekuk. Di telinga banyak terdapat saraf-saraf dan bisa terjadi luka. Benda yang masuk biasanya hanya bisa dikeluarkan oleh dokter THT dengan menggunakan peralatan dan keahlian khusus.

B.     Etiologi

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan benda asing diliang telinga yaitu :
Ë Faktor kesengajaan, biasanya terjadi pada anak-anak balita.
Ë Faktor kecerobohan sering terjadi pada orang dewasa sewaktu menggunakan alat alat pembersih telinga misalnya kapas, tangkai korek api atau lidi yang tertinggal di dalam telinga, yang terakhir adalah faktor kebetulan terjadi tanpa sengaja dimana benda asing masuk kedalam telinga contoh masuknya serangga, kecoa, lalat dan nyamuk.

Berikut beberapa benda asing yang sering masuk ke telinga dan penangangan pertama yang bisa dilakukan:
a)      Air
Sering kali saat kita heboh mandi, berenang dan keramas, membuat air masuk ke dalam telinga. Jika telinga dalam keadaan bersih, air bisa keluar dengan sendirinya. Tetapi jika di dalam telinga kita ada kotoran, air justru bisa membuat benda lain di sekitarnya menjadi mengembang dan air sendiri menjadi terperangkap di dalamnya. Segera kunjungi dokter THT untuk membersihkan kotoran kuping yang ada.

b)     Cotton Buds
Cotton buds tidak di anjurkan secara medis untuk membersihkan telinga. Selain kapas bisa tertinggal di dalam telinga, bahaya lainnya adalah dapat menusuk selaput gendang bila tidak hati-hati menggunakannya.

c)      Benda-benda kecil
Anak-anak kecil sering tidak sengaja memasukkan sesuatu ke dalam telinganya. Misalnya, manik-manik mainan. Jika terjadi, segera bawa ke dokter THT. Jangan coba-coba mengeluarkannya sendiri, karena bisa menimbulkan masalah baru. Di ruang praktek, dokter mempunyai alat khusus untuk mengeluarkan benda tersebut.

d)     Serangga
Bila telinga sampai kemasukan semut, berarti ada yang salah dengan bagian dalam telinga. Pada prinsipnya, telinga punya mekanisme sendiri yang dapat menghambat binatang seperti semut untuk tidak masuk ke dalam.

C.    Manifestasi klinis.
Efek dari masuknya benda asing tersebut ke dalam telinga dapat berkisar di tanpa gejala sampai dengan gejala nyeri berat dan adanya penurunan pendengaran seperti:

Ø  Merasa tidak enak ditelinga :
Karena benda asing yang masuk pada telinga, tentu saja membuat telinga merasa tidak enak, dan banyak orang yang malah membersihkan telinganya, padahal membersihkan akan mendoraong benda asing yang mauk kedalam menjadi masuk lagi.

Ø  Tersumbat :
Karena terdapat benda asing yang masuk kedalam liang telinga, tentu saja membuat telinga terasa tersumbat.

Ø  Pendengaran terganggu .
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.

Ø  Rasa nyeri telinga / otalgia.
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi telinga akibat benda asing.

Ø  Pada inspeksi telinga akan terdapat benda asing.

D.    Patofisiologi
Benda asing yang masuk ke telinga biasanya disebabkan oleh beberapa factor antara lain pada anak – anak yaitu factor kesengajaan dari anak tersebut , factor kecerobohan misalnya menggunakan alat-alat pembersih telinga pada orang dewasa seperti kapas, korek api ataupun lidi serta factor kebetulan yang tidak disengaja seperti kemasukan air, serangga, lalat, nyamuk dll.
Masuknya benda asing ke dalam telinga yaitu ke bagian kanalis audiotorius eksternus akan menimbulkan perasaaan tersumbat pada telinga, sehingga klien akan berusaha mengeluarkan benda asing tersebut. Namun, tindakan yang klien lakukan untuk mengeluarkan benda asing tersebut sering kali berakibat semakin terdorongnya benda asing ke bagian tulang kanalis eksternus sehingga menyebabkan laserasi kulit dan melukai membran timpani. Akibat dari laserasi kulit dan lukanya membran timpani, akan menyebabkan gangguan pendengaran , rasa nyeri telinga/ otalgia dan kemungkinan adanya risiko terjadinya infeksi.

E.     Pemeriksaan penunjang

a)      Pemeriksaan dengan Otoskopik
Caranya :
§       Bersihkan serumen
§       Lihat kanalis dan membran timpani
Interpretasi :
Warna kemerahan, bau busuk dan bengkak menandakan adanya infeksi
Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya tumpukan darah dibelakang gendang.
Kemungkinan gendang mengalami robekan.

b)      Pemeriksaan Ketajaman
Test penyaringan sederhana
§      Lepaskan semua alat bantu dengar
§      Uji satu telinga secara bergiliran dengan cara tutup salah satu telinga
§      Berdirilah dengan jarak 30 cm
§      Tarik nafas dan bisikan angka secara acak (tutup mulut)
§      Untuk nada frekuensi tinggi: lakukan dgn suara jam.

c)       Uji Ketajaman Dengan Garpu Tala
Uji weber
§      Menguji hantaran tulang (tuli konduksi)
§       Pegang tangkai garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
§      Letakan tangkai garpu tala pada puncak kepala pasien.
§      Tanyakan pada pasien, letak suara dan sisi yang paling keras.
Interpretasi
Normal: suara terdengar seimbang (suara terpusat pada ditengah kepala)
Tuli kondusif: suara akan lebih jelas pada bagian yang sakit (obstruksi: otosklerosis, OM) akan menghambat ruang hampa.
Tuli sensorineural: suara lateralisasi kebagian telinga yang lebih baik.

d)      Uji Rinne

§      Membandingkan konduksi udara dan tulang
§      Pegang garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
§      Sentuhkan garpu tala pada tulang prosesus mastoid, apabila bunyi tidak terdengar lagi pindahkan kedepan lubang telinga (2 cm)
§      Tanyakan pasien, kapan suara tak terdengar (hitungan detik)
§      Ulangi pada telinga berikutnya
Interpretasi
Normal: terdengar terus suara garpu tala.
Klien dengan tuli kondusif udara: mendengar garpu tala lebih jelas melalui konduksi tulang (Rinne negatif).

F.     Penatalaksanaan

pencegahan
a. Kebiasaan terlalu sering memakai cotton buds untuk membersihkan telinga sebaiknya dijauhi karena dapat menimbulkan beberapa efek samping: kulit telinga yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang berguna untuk membuat gerakan menyapu kotoran di telinga akan rusak, sehingga mekanisme pembersihan alami akan hilang. Jika kulit lecet dapat terjadi infeksi telinga luar yang sangat tidak nyaman dan kemungkinan lain terlalu dalam mendorong Cottonbuds, maka dapat melukai atau menembus gendang telinga.
b. Hindarkan memberi mainan berupa biji-bijian pada anak-anak.

 Tindakan
1.      Ekstrasi benda asing dengan menggunakan pengait atau pinset atau alligator (khususnya gabah). Pada anak yang tidak kooperatif, sebaiknya dikeluarkan dalam narcosis umum, agar tidak terjadi komplikasipadamembranetimapani.
2.      Bila benda asing berupa binatang atau serangga yang hidup, harus dimatikan dulu dengan meneteskan pantokain,xylokain,minyak atau alcohol kemudian dijepit dengan pinset.
Usaha pengeluaran harus dilakukan dengan hati- hati biasanya dijepit dengan pinset dan ditarik keluar. Bila pasien tidak kooperatif dan beresiko merusak gendang telinga atau struktur- struktur telinga tengah, maka sebaiknya dilakukan anastesi sebelum dilakukan penatalaksanaan.
3.      Jika benda asing serangga yang masih hidup, harus dimatikan terlebih dahulu dengan meneteskan larutan pantokain, alcohol, rivanol atau minyak. Kemudian benda asing dikait dengan pinset atau klem dan ditarik keluar. Setelah benda asing keluar, liang telinga dibersihkan dengan larutan betadin. Bila ada laserasi liang telinga diberikan antibiotik ampisilin selama 3 hari dan analgetik jika perlu.
4.      Benda asing seperti kertas, busa, bunga, kapas, dijepit dengan pinset dan ditarik keluar.
Benda asing yang licin dan keras seperti batu, manik-manik, biji-bijian pada anak yang tidak kooperatif dilakukan dengan narkose. Dengan memakai lampu kepala yang sinarnya terang lalu dikeluarkan dengan pengait secara hati-hati karena dapat
menyebabkan trauma pada membran timpani.

5.      Pengambilan benda asing dari kanalis audiotorius eksternus merupakan tantangan bagi petugas perawatan kesehatan. Banyak benda asing (misalnya : kerikil, mainan, manik-manik, penghapus) dapat diambil dengan irigasi kecuali ada riwayat perforasi lubang membrana timpani. Benda asing dapat terdorong secara lengkap ke bagian tulang kanalis yang menyebabkan laserasi kulit dan melubangi membrana timpani pada anak kecil atau pada kasus ekstraksi yang sulit pada orang dewasa. Pengambilan benda asing harus dilakukan dengan anatesia umum di kamar operasi.






BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A.    Pengkajian

a.       Riwayat masuknya benda asing pada telinga.
Tanyakan kepada klien mengenai proses terjadinya peristiwa benda asing masuk ke telinga, apa jenis benda asing yang masuk apakah itu serangga, manik-manik, kerikil dll, tindakan yang sudah dilakukan di rumah.
b.      Riwayat kesehatan
ü  Keluhan utama saat MRS
Penderita biasanya mengeluhkan pendengarannya mulai menurun, nyeri, rasa tidak enak ditelinga.
ü   Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehtan masa lalu yang berhubungan degan gangguan pendengaran karena benda asing adalah kebiasaan dan kecerobohan membersihkan telinga yang tidak benar .
ü  Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penggambaran lengkap masalah telinga, termasuk infeksi, otalgia, otorea, kehilangan pendengaran. Data dikumpulkan mengenai durasi dan intensitas masalahnya, penyebabnya dan penanganan sebelumnya.
ü  Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Inspeksi daun telinga
 Caranya:
• Dewasa: ditarik keatas-kebelakang
• Anak: Kebelakang
• Bayi: kebawah
 Diperhatikan:
• Posisi
• Warna
• Ukuran
• Bentuk
• Kesimetrisan
• Seluruh permukaan dan lateral
 Palpasi
• Palpasi daun telinga: tekstur, nyeri pembengkakan dan nodul-nodul.
• Palpasi prosesus mastoideus: nyeri, pembengkaka dan nodul.
• Lakukan penarikan terhadap lobus lunak bagian bawah.

B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri akut b/d. agen cedera biologis, fisik ,kimia
2.      Gangguan sensori persepsi (auditori) b/d. perubahan sensori persepsi.
3.      Risiko infeksi b/d. laserasi kulit dan trauma membran timpani.
4.      Kurang pengetahuan b/d.kurang terpaparnya informasi tentang penyakit, pengobatan, Perencanaan Keperawatan

C.    Perencanaan keperawatan

1.      Nyeri akut b/d. agen cedera biologis, fisik , kimia
Tujuan
: Setelah diberikan tindakan keperawatan rasa nyeri pasien dapat berkurang.
KH:- Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.
- Menunjukkan ekspresi wajah/ postur tubuh rileks.
Intervensi:
& Observasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas skala nyeri (0-10 )
Dapat mengidentifikasi terjadinya komplikasi dan untuk intervensi selanjutnya.
& Ajarkan tehnik relaksasi progresif, nafas dalam guided imagery.
Membantu klien untuk mengurangi persepsi nyeri atau mangalihkan perhatian klien dari nyeri.
& Kolaborasi: Berikan obat analgetik sesuai indikasi
Membantu mengurangi nyeri.

2.      Gangguan sensori persepsi (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi
Tujuan:
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan ketajaman pendengaran
pasien meningkat.
KH:
- Pasien dapat mendengar dengan baik tanpa alat bantu pendengaran, mampu menentukan letak suara dan sisi paling keras dari garputala, membedakan suara jam dengan gesekan tangan
- Pasien tidak meminta mengulang setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya.
& Observasi ketajaman pendengaran, catat apakah kedua telinga terlibat
Mengetahui tingkat ketajaman pendengaran pasien dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.
& Berikan lingkungan yang tenang dan tidak kacau , jika diperlukan seperti musik lembut
Membantu untuk menghindari masukan sensori pendengaran yang berlebihan dengan mengutamakan kualitas tenang
& Anjurkan pasien dan keluarganya untuk mematuhi program terapi yang diberikan
Mematuhi program terapi akan mempercepat proses penyembuhan.

3.      Risiko infeksi b.d. laserasi kulit dan trauma membran timpani
Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan, risiko infeksi tidak terjadi.
 KH:
- Tidak terdapat tanda-tanda infeksi ( kalor, dolor, rubor, tumor, fungsiolesa)
- Tanda- tanda vital dalam batas normal.
Intervensi:
& Observasi adanya tanda-tanda terjadinya infeksi ( kalor, dolor, rubor, tumor dan fungsiolesa).
Mengetahui tanda-tanda terjadinya infeksi dan indicator dalam melakukan intervensi selanjutnya
& Observasi tanda-tanda vital
Menetapkan data dasar pasien, terjadi peradangan dapat diketahui dari penyimpangan nilai tanda vital.
& Pertahankan tehnik aseptik dalam melakukan tindakan
Tindakan aseptik saat merupakan tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadi infeksi.
& Kolaborasi:
Berikan antibiotika sesuai indikasi.
Menurunkan kolonisasi bakteri atau jamur dan menurunkan risiko infeksi.

4.      Kurang pengetahuan b.d.kurang terpaparnya informasi tentang penyakit, pengobatan
Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan, diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan mengenai kondisi dan penanganan yang bersangkutan.
KH:
- Melaporkan pemahaman mengenai penyakit yang dialami
- Menanyakan tentang pilihan terapi yang merupakan petunjuk kesiapan belajar
Intervensi:
& Kaji tingkat pengetahuan pasien.
Mengetahui tingkat pemahaman dan pengetahuan pasien tentang penyakitnya serta indikator dalam melakukan intervensi
& Berikan informasi pada pasien tentang perjalanan penyakitnya.
Meningkatkan pemahaman klien tentang kondisi kesehatan
& Berikan penjelasan pada pasien tentang setiap tindakan keperawatan yang diberikan.
Mengurangi tingkat kecemasan dan membantu meningkatkan kerjasama dalam mendukung program terapi yang diberikan

D.    Implementasi
Dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan, menjelaskan setiap tindakan yang  akan dilakukan  sesuai  dengan  pedoman  atau  prosedur  teknis  yang  telah ditentukan

E. Evaluasi
Kriteria keberhasilan:
•     Berhasil
Tuliskan kriteria keberhasilannya dan tindakan dihentikan.
•     Tidak berhasil
Tuliskan mana yang belum berhasil dan lanjutkan tindakan.


































Proses pembentukan air mata/ system lakrimasi


A.    Apparatus lakrimalis
System lakrimalis mencakup struktur-struktur yang terlibat dalam produksi dan drainase air mata. Komponen sekresi terdiri atas kelenjar yang menghasilkan berbagai unsure pembentuk air cairan air mata. Duktus nasolakrimalis merupakan unsure ekskresi system ini, yang mencurahkan secret ke dalam lubang hidung. Cairan air mata disebarkan diatas permukaan mata oleh kedipan mata.

B.     Sistem sekresi air mata
Volume terbesar air mata dihasilkan oleh kelenjar air mata utama yang terletak di fossa
Lakrimalis di kuadran temporal atas orbita. Kelenjar yang berbentuk kenari ini dibagi oleh kornu lateral aponeurosis lavetor menjadi lobus orbita yang lebih besar dan lobus palpebra yang lebih kecil, masing-masing dengan saluran pembuangan tersendiri ke dalam fornix temporal superior. Lobus palpebra kadang-kadang dapat dilihat dengan membalikkan palpebra superior. Sekresi dari kelenjar lakrimalis utama dipicu oleh emosi atau iritasi fisik dan menyebabkan air mata mengalir berlimpah melewati tepian palpebra (epiphora).Persarafan kelenjar utama datang dari nucleus lakrimalis pons melalui nervus intermedius dan menempuh jalur rumit dari cabang maxillaries nervus trigeminus. Denervasi adalah konsikuensi yang terjadi dari neuroma akustik dan tumor lain di sudut cerebellopontin.
            Kelenjar lakrimalis tambahan, meskipun hanya sepersepuluh dari massa utama, mempunyai peranan penting. Kelenjar Krause dan Wolfring identik dengan kelenjar utama namun tidak memiliki system saluran. Kelenjar-kelenjar ini terletak di dalam konjungtiva, terutama di fornix superior. Sel goblet uniselular, yang tersebar di konjungtiva, menghasilkan glikoprotein dalam bentuk musin. Modifikasi kelenjar keringat sebasea meibom dan zeis di tepian palpebra memberi lipid pada air mata. Kelenjar moll adalah modifikasi kalenjar keringat yang juga ikut membentuk film air mata.
            Kelenjar tambahan di kenal sebagai “pensekresi dasar”. Sekretnya cukup untuk memelihara kornea, tanpa sekresi dari kelenjar lakrimal utama. Tepapi hilangnya sel goblet berakibat mengeringnya kornea, meskipun banyak air mata dari kelenjar lakrimal      

C.    Sistem ekskresi air mata























 





LITERATUR

1.      Guyton,A.C&Hall,J.E(1996).Buku ajar fisiologi manusia dan mekanisme penyakit.(ed8). jakarta:penerbit buku kedokteran EGC
2.      Smeltzer Suzanne C (2002).Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner &Suddrath. (ed8) vol3.jakarta:penerbit buku kedokteran EGC
3.      Doenges,Marilynn,E.et.al.(1999), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan  dan  Pendokumentasian  Perawatan  Pasien,  Edisi  3,  EGC, Jakarta.
4.      Drs. H.syaifuddin, AMK (2006). Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. Edisi 3, EGC: Jakarta
5.      Vaughan, Daniel G., (1996), Oftalmologi Umum, edisi 14, widya medika, dkk Editor dr. Y. joko Suyono, Jakarta: widya medika

0 komentar:

Posting Komentar